kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pendapatan LTLS tahun ini diperkirakan bisa turun 20%, ini alasannya


Rabu, 08 Juli 2020 / 20:15 WIB
Pendapatan LTLS tahun ini diperkirakan bisa turun 20%, ini alasannya
ILUSTRASI. PT Lautan Luas Tbk (LTLS) saat pameran kosmetik & personal care.foto/KONTAN/Elisabeth Adventa Previtapuri


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pendapatan PT Lautan Luas Tbk diperkirakan tidak akan sebaik tahun sebelumnya. Hingga tutup tahun nanti, emiten bahan kimia berkode saham LTLS ini memproyeksi berpotensi mencatatkan penurunan pendapatan hingga sebesar 20% bila dibandingkan realisasi pendapatan tahun lalu. 

Sedikit kilas balik, sepanjang tahun 2019 lalu pendapatan LTLS tercatat sebesar Rp 6,53 triliun. Dus, hitungan Kontan.co.id, pendapatan LTLS diperkirakan hanya mencapai sekitar Rp 5,22 triliun hingga tutup tahun nanti.

Baca Juga: Analis Jasa Utama Capital rekomendasikan buy saham Fast Food (FAST), ini alasannya

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan LTLS, Joshua Asali menjelaskan, potensi penurunan pendapatan berdasar pada asumsi pelemahan ekonomi akibat efek gulir dari pandemi corona (covid-19). Hal ini pada gilirannya akan berdampak pada daya beli customer yang selama ini membeli produk-produk perusahaan.

Imbas dari pandemi corona sendiri sebenarnya sudah mulai dirasakan oleh LTLS di tiga bulan pertama. Hal ini tercermin dari capaian kinerja perusahaan di kuartal I 2020.

Mengintip laporan keuangan interim perusahaan, pendapatan LTLS merosot 13,81% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,80 triliun pada kuartal I 2019  menjadi Rp 1,55 triliun di kuartal I 2020. 

Kalau dirinci lebih lanjut, penurunan pada semua segmen operasi perusahaan, meski dengan tingkat penurunan yang berbeda. Penurunan paling dalam dijumpai pada segmen distribusi. Melansir laporan keuangan interim perusahaan, pendapatan sebelum dikurangi eliminasi alias pendapatan bruto segmen distribusi menyusut  25,65% yoy menjadi Rp 858,15 miliar di kuartal I 2020.

Baca Juga: XL Axiata (EXCL) bersinergi dengan penyedia layanan OTT, begini bentuknya

Berikutnya, pendapatan bruto segmen jasa juga tercatat mengalami penurunan sebesar 15,27% yoy menjadi Rp 116,88 miliar di kuartal I 2020. Sementara  itu, segmen manufaktur hanya turun tipis 0,57% yoy menjadi Rp 744,57 miliar di kuartal I 2020.

Seturut penurunan pada sisi pendapatan, kinerja bottom line mengalami penurunan, dibuktikan dengan adanya  rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 119,16 miliar di kuartal I 2020. Sebelumnya LTLS masih mampu membukukan laba bersih Rp 48,23 miliar pada kuartal I 2019 lalu.

Joshua berdalih, kinerja bottom line yang loyo juga dipengaruhi oleh adanya rugi selisih kurs yang musti ditanggung perusahaan akibat adanya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di tiga bulan pertama.

Baca Juga: Usai buka akses Netflix, ini rencana Telkom (TLKM) selanjutnya

Menilik laporan keuangan interim perusahaan, rugi selisih kurs LTLS memang membengkak menjadi Rp 169,84 miliar di kuartal I 2020. Sebelumnya rugi kurs LTLS hanya tercatat sebesar Rp 3,86 miliar di kuartal I 2019.

“Pada segmen usaha distribusi, pembelian barang menggunakan mata uang asing,” kata Joshua kepada Kontan.co.id, Selasa (7/7) tanpa merinci detil informasi barang-baran yang dimaksud.

Untuk strategi ke depan, LTLS akan berupaya melakukan penghematan biaya operasional , melakukan pengaturan yang lebih efisien, serta melakukan penundaan sebagian belanja modal.

Baca Juga: New normal, Jasa Marga (JSMR): Penurunan pendapatan tol sudah kurang dari 15%

Asal tahu saja, berdasarkan catatan Kontan.co.id, sebelumnya LTLS sempat menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 300 miliar untuk tahun ini. “Perencanaan capex LTLS sejauhb ini ditujukan terutama untuk segmen manufaktur, dan kami proyeksikan akan lebih rendah dibanding target awal,” ujar Joshua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×