kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.577.000   13.000   0,83%
  • USD/IDR 16.375   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.108   27,96   0,39%
  • KOMPAS100 1.052   -1,07   -0,10%
  • LQ45 828   0,75   0,09%
  • ISSI 212   -0,75   -0,35%
  • IDX30 426   0,83   0,19%
  • IDXHIDIV20 509   1,31   0,26%
  • IDX80 120   -0,25   -0,21%
  • IDXV30 124   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   0,01   0,01%

Pendirian pabrik OKI Pulp & Paper APP dipersoalkan


Rabu, 20 April 2016 / 17:08 WIB
Pendirian pabrik OKI Pulp & Paper APP dipersoalkan


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) mempersoalkan pembangunan pabrik pulp and paper PT OKI Pulp and Paper Mills, anak usaha Asia Pulp and Paper (APP) yang saat ini sedang berlangsung di Sumatera Selatan.

Menurut informasi dari Hutan Kita Institute, unit bisnis Grup Sinar Mas tersebut mengantongi izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2013 untuk kapasitas produksi 2 juta ton pulp per tahun dan 500.000 ton tisu per tahun.

APP juga mendapat tax holiday berupa pembebasan pajak penuh selama delapan tahun pertama beroperasi, lalu diskon pajak sebesar 50% selama dua tahun berikutnya.

Namun, APP berencana meningkatkan kapasitas produksi pulpnya sampai 2,8 juta ton per tahun, bahkan sampai 3,2 juta ton per tahun.

"Ini menjadi perhatian kami. Sebab, kebutuhan serat kayu dan lahan untuk memproduksi 2 juta ton pulp dan 3,2 juta ton pulp sangat jauh berbeda," ujar Direktur Eksekutif Hutan Kita Institute Aidil Fitri di Jakarta, Kamis (20/4).

Saat ini APP memiliki konsesi seluas 789.023 hektare (ha) di Sumatera Selatan. Konsesi tersebut sejatinya cukup untuk memasok kebutuhan kayu bagi OKI.

Masalahnya, 77% di antara konsesi berada di lahan gambut yang rawan terbakar. Sementara opsi mendatangkan kayu dari luar Sumatera Selatan tentunya akan memakan biaya yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, LSM mendesak pemerintah meninjau kembali lahan gambut yang sudah ada izinnya. "Kalau hanya moratorium untuk izin baru tidak cukup," ujar Aidil.

Sementara kepada APP, LSM mendesak untuk mengumumkan rencana pemenuhan bahan baku secara transparan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×