Reporter: Aulia Fitri Herdiana | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perhubungan berencana memberikan insentif kepada maskapai berjenis low cost carrier (LCC) sebagai strategi meningkatkan devisa dari sektor pariwisata.
Insentif ini berupa perluasan jaringan dan operasional maskapai low cost carrier (LCC) nasional agar mampu menerbangi berbagai destinasi wisata potensial. Pemerintah juga menjanjikan penurunan harga avtur PT Pertamina dan menghitung ulang tarif batas bawah maupun batas atas bagi maskapai LCC.
Maskapai Citilink Indonesia menyambut baik rencana pemerintah memberikan insentif. "Itu bagus, bagus sekali," ungkap Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo, Selasa (17/7).
Menurut dia, insentif dapat mendorong efisiensi, terlebih saat ini harga avtur merangkak naik. "Tentu dengan kebijakan itu, tinggal bagaimana meningkatkan utilisasi. Produktivitas juga kami tambah agar ongkos per unit turun," terang Juliandra.
Citilink menganggap langkah pemerintah akan memperkuat koordinasi antara pengelola bandara dan pihak airlines. "Ini tantangan juga bagi kami, bagaimana jumlah penumpang di bandara bertambah. Jadi ini sinergi yang cukup baik," tukas Juliandra.
Hingga semester I-2018, penerbangan Citilink mencapai 9 juta orang dan optimistis hingga akhir tahun ini bisa mencapai 15 juta orang. Trafik penumpang di periode Mei - Juni naik dibandingkan tahun lalu. Yakni, rata-rata dari 900.000 penumpang menjadi 1 juta penumpang. Adapun untuk peak season seperti Lebaran mencapai 1,2 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan musim Lebaran tahun lalu sebanyak 1 juta penumpang.
Atas rencana pemberian insentif, PT AirAsia Indonesia Tbk juga mendukung penuh kebijakan itu. "Sangat menggembirakan tentunya, kami dukung 1.000%," ujar Dendy Kurniawan, CEO Airasia Indonesia, saat dihubungi KONTAN, Senin (16/7).
Menurut dia, kebijakan pemerintah akan memudahkan maskapai LCC membuka rute baru karena proses perizinan semakin cepat. "Misalnya November nanti, semoga kami bisa buka rute baru Silangit-Kuala Lumpur," kata Dendy.
Namun, dia juga menyoroti sejumlah hal terkait penerbangan LCC, yakni passanger service charge. Pemerintah Indonesia meminta Air Asia pindah ke Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Akan tetapi Dendy keberatan, meski pihaknya ingin menaati aturan pemerintah. "Di terminal 3 kena charge Rp 230.000, sedangkan di terminal 2 hanya Rp 150.000. Kami kan sudah kasih promo tiket murah, tapi ujung-ujungnya mahal lagi kalau di terminal 3," keluh dia.
Atas dasar itu, Air Asia berharap rancangan peraturan yang sedang digodok pemerintah ini seyogianya memperhatikan konsep bisnis maskapai LCC agar lebih baik lagi.
Ihwal penurunan harga avtur, Dendy berharap harga di dalam negeri kompetitif. "Karena sejauh ini masih lebih murah di luar (negeri). Selisihnya sekarang enggak jauh sih, sekitar 8% lebih mahal di Indonesia," tukas dia.
Maskapai LCC perlu didorong lantaran pertumbuhannya rata-rata lebih tinggi dibandingkan full service.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News