Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu sebelumnya, Perum Bulog membeberkan bahwa pihaknya akan melakukan disposal cadangan beras pemerintah yang disimpan lebih dari 4 bulan.
Setidaknya terdapat 200.000 ton beras Bulog yang berusia lebih dari empat bulan. Hal ini bertujuan untuk menyediakan beras yang berkualitas baik bagi masyarakat.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, disposal yang dimaksud tidak serta merta membuang CBP yang dimiliki. Namun, beras tersebut dikeluarkan dari gudang Bulog dan digantikan dengan beras baru.
Sementara itu, Pengamat Pertanian Dwi Andreas Santosa berpendapat, Bulog perlu mempertegas maksud disposal yang dilakukan. Pasalnya, disposal adalah pembuangan baik ditimbun atau dibuang ke laut.
“Kalau dijual kembali atau dikeluarkan itu bukan disposal. Nanti ini bisa salah makna. Sementara, saya rasa Bulog tidak mungkin membuang berasnya,” ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Senin (2/7).
Dwi pun mengatakan, beras yang disimpan dalam jangka waktu 4 bulan masih memiliki kualitas yang baik. Namun, kualitas beras tersebut pun sangat bergantung pada kadar air dan sistem pengepakan yang dilakukan.
Menurut Dwi, Bulog pun sudah mempertimbangkan untung rugi sebelum melakukan pengeluaran beras ini. “Bulog pasti sudah mempertimbangkan, Bulog kan Perum dituntut untuk untung,” ujar Dwi.
Bila pengeluaran stok ini dilakukan, Bulog pun harus menghitung dengan cermat berapa besar beras yang akan dikeluarkan, sehingga potensi stok beras Bulog bisa diketahui dengan pasti. Pasalnya, Bulog masih harus memasok beras untuk rastra dan memasok beras untuk e-warong.
Budi Waseso pun mengatakan, untuk menggantikan beras yang dikeluarkan tersebut, Bulog akan menyerap 1 juta ton beras dari dalam negeri. Namun, Dwi menyangsikan Bulog dapat menyerap beras sebanyak itu dalam waktu tiga bulan.
“Dari Januari sampai Mei saja serapan dalam negeri hanya sekitar 635.000. Saya rasa menyerap sebanyak 1 juta hingga September itu sangat susah. Apalagi proses pembelian Bulog harus sesuai Inpres. Sementara Harga gabah di bulan Mei, di mana harga gabah terendah sepanjang tahun Ro 4.500 per kg, jadi kalau menyerap dari dalam negeri sulit,” tandas Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News