kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Pengamat: Indonesia harus serius atasi permasalahan ekspor pinang


Rabu, 28 Februari 2018 / 21:31 WIB
Pengamat: Indonesia harus serius atasi permasalahan ekspor pinang
ILUSTRASI. BUAH PINANG


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia tengah kesulitan mengekspor pinang ke Pakistan, India, serta Bangladesh. Indonesia sulit mengekspor pinang ke Pakistan lantaran adanya larangan pemerintah Pakistan untuk mengimpor pinang. Sementara, India dan Bangladesh menerapkan bea masuk yang tinggi untuk impor pinang.

Pengamat Pertanian Institur Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, Indonesia pun harus serius mengatasi permasalahan ini. Dia meminta, pemerintah tidak tinggal diam ketika pengusaha kesulitan mengekspor hasil perkebunannya seperti beberapa komoditas yang lain.

Dia pun menjelaskan, kesulitan Indonesia mengekspor pinang ke negara tersebut karena permasalahan yang berbeda-beda.

Dwi memaparkan, Pakistan melarang masuknya impor pinang lantaran pinang dianggap menimbulkan pengaruh buruk pada kesehatan. Karena itu, untuk mengatasi hal ini Indonesia harus memberikan data-data terkait pinang untuk menunjukkan bahwa tidak ada masalah yang ditimbulkan pinang.

"Indonesia bisa membantah bisa memiliki data yang kuat, dan itu sangat diperbolehkan di perdagangan internasional," ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Rabu (28/2).

Sementara itu, Dwi pun berpendapat, India menerapkan bea masukyang tinggi untuk melindungi produksi pinang India. Pasalnya, India termasuk produsen pinang dalam jumlah yang cukup besar. Karena itu, Indonesia harus melakukan diplomasi yang kuat ke India.

"Diplomasi pangan ini harus kuat supaya Indonesia bisa mengekspor dengan kuantitas yang sama. Masalahnya, kendala yang dihadapi tidak hanya pada bea masuk, ada penambahan tarif bagi pinang ini," terang Dwi.

Dwi pun menambahkan, Indonesia bisa melakukan negosiasi bilateral dengan lebih sederhanan. Pasalnya, Indonesia sampai saat ini masih mengekspor kerbau dari India. Menurutnya, hal itu bisa dijadikan sebagai salah satu negosiasi bilateral.

Dalam jangka panjang, Indonesia pun harus terus mengolah pinang ini dalam bentuk apapun. Apalagi, pinang merupakan sumber potensial untuk diolah dalam berbagai bahan produk. Dengan begitu, Indonesia masih memiliki daya tampung bila pinang Indonesia kembali menghadapi kesulitan dalam mengekspor pinang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×