kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,73   4,98   0.55%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat ini menilai rencana merger Gojek dan Tokopedia tidak realistis, kenapa?


Selasa, 05 Januari 2021 / 17:57 WIB
Pengamat ini menilai rencana merger Gojek dan Tokopedia tidak realistis, kenapa?
ILUSTRASI. Mitra driver mengangkut penumpang di titik jemput Gojek di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (17/6). KONTAN/Muradi/17/6/2020


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat pasar modal, Teguh Hidayat menilai jika merger Tokopedia dan Gojek benar terjadi, hal ini akan menjadi lampu merah bagi pemain e-commerce lain.

Bloomberg hari ini mengabarkan jika Tokopedia dan Gojek sedang melalui pembicaraan merger bernilai US$18 miliar tahun ini. Masih dilansir dari Bloomberg, pembicaraan merger dengan Tokopedia kabarnya dilakukan oleh Gojek pasca tidak ditemukannya titik terang kerjasama yang dilakukan dengan Grab Indonesia.

Teguh sendiri mengungkapkan dirinya tidak yakin bila Gojek dan Tokopedia akan benar-benar merger dan menyatu menjadi satu, sebab Tokopedia dinilai tidak memiliki urgensi untuk melaksanakan merger dengan siapapun karena kinerja bisnis yang cemerlang di masa pandemi.

Baca Juga: Akademisi: Merger Gojek dan Tokopedia ciptakan monopoli pasar

"Tokopedia posisinya berbeda dengan Gojek, tidak hanya dari sisi sektor dimana yang satu bergerak di sektor e-commerce dan yang lainnya di sektor transportasi. Tetapi juga Tokopedia, serta perusahaan e-commerce lainnya, saat ini tidak ada kesulitan sama sekali. Tanpa merger, posisi Tokopedia masih sangat aman," jelas Teguh saat dihubungi oleh Kontan, Selasa (5/1).

Ia memberikan contoh, bahkan posisi Bukalapak, perusahaan e-commerce besar, yang sempat tersaingi oleh Shopee dan Tokopedia, di masa pandemi mulai bangkit. Ia menilai, pandemi secara tidak langsung memberikan berkah pada perusahaan e-commerce karena perubahan gaya hidup.

Sedangkan Gojek dan Grab Indonesia, walaupun tidak bisa dikatakan kesulitan di masa pandemi, namun menuai penurunan kinerja sebab mobilitas masyarakat yang menurun drastis.

Teguh mengatakan, jika Gojek masih ingin mencari tandem untuk melakukan merger, sebaiknya mencari perusahaan yang sedang struggling, seperti Traveloka. "Tak hanya itu, banyak pihak yang terlibat di dalamnya, seperti para investor baik dari pihak Tokopedia dan Gojek. Merger antara dua perusahaan ini tidaklah mudah, bahkan chance atau kesempatannya lebih kecil dibandingkan dengan potensi merger Gojek dengan Grab Indonesia," tutur Teguh.

Baca Juga: Pengamat: Merger Gojek dan Tokopedia buat persaingan e-commerce berfokus pada modal

Namun demikian, Teguh menilai jika Gojek dan Tokopedia betul akan merger di kemudian hari, bukan tidak mustahil jika aksi tersebut menimbulkan monopoli.

Ia berkata, hal ini diibaratkan seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bergabung dengan Pertamina, dua perusahaan besar bersatu yang bergerak di sektor berbeda. Ia menegaskan, yang bisa melakukan aksi merger dua perusahaan bervaluasi besar hanyalah perusahaan milik negara.

"Tokopedia dan Gojek masing-masing sudah sangat besar, bahkan mereka memiliki ekosistem pembayarannya sendiri. Jika merger terjadi, tentu itu menjadi lampu merah dan monopoli pasar. Pemerintah akan sulit untuk mengendalikannya. Maka rencana itu tidaklah realistis," tutup dia.

Selanjutnya: Rencana merger Gojek-Tokopedia akan lahirkan super ekosistem bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×