kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,39   2,75   0.30%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Pemerintah perlu gandeng akademisi untuk dorong industri pertahanan


Sabtu, 31 Oktober 2020 / 09:42 WIB
Pengamat: Pemerintah perlu gandeng akademisi untuk dorong industri pertahanan
ILUSTRASI. Gedung rektorat Institut Pertanian Bogor.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi corona yang panjang dan tidak menentu, mengharuskan setiap negara untuk tetap berinovasi diseluruh sektor termasuk sektor pertahanan dan keamanan. Peneliti Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengatakan saat pandemi, kondisi bangsa melemah dan sangat rentan sehingga tidak ada alasan, sektor pertahanan dan keamanan wajib diperkuat.

"Kondisinya memang rentan, perlu ada pengembangan dalam sektor keamanan," ucap Fahmi dalam keterangannya, Sabtu (31/10).

Oleh sebab itu, rompi anti peluru berbahan limbah sawit ciptaan Institut Pertanian Bogor (IPB University) diapresiasi oleh pengamat di bidang militer ini. Menurut dia, temuan tersebut sesuai dengan visi Presiden Jokowi yang menekankan terkait kemandirian alutsista. "Beliau mengatakan, prioritas industri pertahanan dalam negeri untuk alutsista. Sehingga apa yang dilakukan oleh IPB ini, harus diapresiasi," bebernya.

Baca Juga: Simak tips cuan di pasar saham dari Direktur Keuangan Reliance Sekuritas Wilson Sofan

Selama ini, kebutuhan akan peralatan pertahanan keamanan di Indonesia harus mengimpor dari negara lain. Pengembangan rompi anti peluru tersebut, membuktikan bahwa harapan Indonesia untuk industri pertahanan dalam negeri bukan omong kosong. "Apalagi, isu limbah sawit yang menjadi bahan dasar rompi itu selalu menjadi isu problematik," tegasnya.

Namun, ke depannya perlu ada dukungan penuh dari pemerintah terutama dalam hal produksi dan penyempurnaan hasil riset rompi anti peluru. Jangan sampai hasil dari buah pemikiran anak bangsa ini terbengkalai. "Ini perlu dorongan dan perhatian dari pemerintah untuk riset-riset berikutnya, momentum bagi pemerintah juga, untuk menggandeng akademisi untuk penguatan sektor pertahanan ini," paparnya.

Selanjutnya, selain membuat baju anti peluru dari serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB juga berhasil membuat helm Green Composite (GC) yang menggunakan filler serat TKKS pada ukuran mikropartikel. 

Setelah diteliti lebih lanjut, serat TKKS ternyata juga mampu menyerap energi pada laju yang sangat tinggi pada saat tumbukan. Kemudian ide tersebut berkembang untuk membuat diversifikasi produk berbahan serat TKKS woven pada aplikasi bahan anti peluru.

Baca Juga: Kemenag usul 864.840 guru Non PNS dapat bantuan subsidi gaji

“Dari hasil treatment yang dilakukan, biomasa TKKS menjadi serat dengan kandungan lignoselulosa. Ternyata TKKS ini memiliki potensi tinggi dalam menyerap energi tumbukan. Apalagi jika disusun dalam bentuk anyaman dengan orientasi sudut tegak lurus pada sistem komposit laminated atau sandwich. Melalui penambahan coating material anti panas, serat TKKS woven dapat menahan api dalam waktu 30 detik. Hal ini yang digunakan dalam perancangan baju anti peluru,” ucap Dr Siti Nikmatin, peneliti IPB University dari Departemen Fisika. 

Diketahui, rompi anti peluru tersebut, telah diuji tembak menggunakan pistol glock dengan peluru MU1-TJ pada jarak efektif 25-50 meter. Baju anti peluru ini terbukti mampu menahan peluru.

Selanjutnya: Wow, Menaker Ida Fauziah terpilih jadi ketua menteri ketenagakerjaan se-Asean

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×