kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Proton harus bangun industri hulu juga


Minggu, 08 Februari 2015 / 16:44 WIB
Pengamat: Proton harus bangun industri hulu juga
ILUSTRASI. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberikan arahan lapangan di Provinsi Pyongan Selatan, Korea Utara, dalam foto tak bertanggal yang dirilis oleh Korean Central News Agency (KCNA) Korea Utara pada 21 Agustus 2023.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Rencana kerja sama business to business antara PT Adiperkasa Citra Lestari (Adiperkasa) dan Proton Holdings Berhad dinilai baik dan dapat meningkatkan daya saing industri otomotif di Indonesia. Namun, ada baiknya jika Proton mau membangun industri hulunya.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, persoalan di industri otomotif Indonesia saat ini ialah produsen otomotif tidak pernah membangun industri hulu. "Setiap hari mengeluarkan output seiring meningkatnya permintaan, tapi sembari itu linier kebutuhan impornya tinggi, untuk suku cadang, komponen, dan sebagainya," kata Enny kepada Kompas.com, Minggu (8/2), di Jakarta.

Data Badan Pusat Statistik mencatat impor kendaraan bermotor dan bagiannya pada Desember 2014 sebesar US$ 421,8 juta. Sepanjang Januari-Desember 2014, impor kendaraan bermotor dan bagiannya mencapai US$ 6,253 miliar.

Enny mempertanyakan, apakah Proton mau membangun industri hulu jika rencana kerja sama dengan perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara, AM Hendropriyono, itu terwujud. Andai Proton membangun industri hulu tersebut di Tanah Air, maka Indonesia bakal mendapat manfaat besar dari kerja sama itu. Dengan industri hulu otomotif itu, Enny yakin kerja sama tersebut tidak hanya menyerap tenaga kerja, tetapi juga bisa menekan impor komponen kendaraan bermotor. Kerja sama itu juga diyakini tidak akan menekan neraca perdagangan RI dengan Malaysia.

"Tidak masalah mau kerja sama, kalau Proton mau bangun industri hulu. Karena setahu saya, mereka sudah engineering. Dengan kerja sama ini dilakukan, kita tidak boleh kehilangan momentum untuk mendapat nilai tambah. Jadi, benar-benar industri yang dibangun, bukan perakitan," ujar Enny.

Menurut catatan BPS, impor non-migas Indonesia dari Malaysia pada Desember 2014 sebesar 436,4 juta dollar AS, sementara ekspor non-migas Indonesia ke Malaysia sebesar 520 juta dollar AS. Sepanjang Januari-Desember 2014, impor non-migas Indonesia dari Malaysia tercatat mencapai 5,778 miliar dollar AS. Dalam rentang sama, ekspor non-migas dari Indonesia ke Malaysia mencapai 6,397 miliar dollar AS. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×