Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkuat peluang terbukanya pasar ekspor ke Peru dan Tunisia dalam skema Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (PTA).
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan, Indonesia-Peru CEPA telah ditandatangani 11 Agustus 2025 lalu. Adapun Indonesia-Tunisia PTA telah selesai secara substantif dan akan ditandatangani pada Januari 2026 mendatang.
“Semua perjanjian dagang, baik dengan Peru, Tunisia, maupun negara mitra lainnya, harus segera dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku usaha untuk bisa meningkatkan ekspor,” ujarnya dalam Strategic Forum Indonesia-Peru CEPA dan Indonesia-Tunisia PTA di Jakarta, Selasa (25/11/2025).
Baca Juga: Properti Residensial 2026: Harga Naik, Pembeli Muda Minggir
Budi juga menegaskan komitmen Kemendag untuk meningkatkan ekspor di tengah momentum tren positif ekspor Indonesia.
Pada Januari–September 2025, ekspor Indonesia telah tumbuh 8,14% secara tahunan, melampaui target tahun 2025 yang ditetapkan sebesar 7,1%. Sementara itu, surplus perdagangan meningkat hingga 50,93%.
“Capaian ini luar biasa, kita ingin terus meningkatkan ekspor dengan cara mencari pasar yang baru. Pembukaan akses pasar ke Peru dan Tunisia merupakan salah satu dari tiga program prioritas Kemendag, yaitu Perluasan Pasar Ekspor,” kata Budi.
Ia melanjutkan, untuk mendorong peningkatan ekspor nasional, Kemendag mempersiapkan program penjajakan bisnis (business matching) yang memungkinkan para pelaku usaha bertemu calon buyer dengan dukungan perwakilan perdagangan (perwadag) RI di luar negeri.
Para perwadag RI di luar negeri, yakni Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), akan berperan menjembatani pelaku usaha Indonesia dengan calon mitra di negara-negara mitra.
Budi juga menekankan, tujuan utama perjanjian dagang adalah untuk mendorong peningkatan ekspor masing-masing negara secara berimbang dan saling menguntungkan.
"Tujuan perjanjian dagang bukan membuat defisit satu sama lain. Kita saling membutuhkan, kita harus menjadi mitra dagang yang adil dan saling menguntungkan,” imbuhnya.
Baca Juga: TIS Petroleum Resmi Kendalikan WK Perkasa, Siapkan Komitmen Pasti US$ 2,25 Juta
Sebagai informasi, Kemendag mencatat, pada sembilan bulan pertama 2025, perdagangan Indonesia dan Peru tercatat sebesar US$ 401,90 juta. Ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$ 328,10 juta, sedangkan impor Indonesia dari Peru US$ 73,80 juta. Dengan demikian, Indonesia surplus US$ 254,30 juta terhadap Peru.
Sementara dengan Tunisia, pada Januari–September 2025, perdagangan Indonesia dan Tunisia tercatat sebesar US$ 308,60 juta. Nilai ini meningkat sebesar 157,38% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Adapun ekspor Indonesia ke Tunisia US$ 68,90 juta, sedangkan impor Indonesia dari Tunisia US$ 239,60 juta.
Selanjutnya: China Hentikan Pembangunan Sejumlah Smelter Tembaga Baru, Ada Apa?
Menarik Dibaca: Asetra Community Hadir, Begini Manfaatnya untuk Kelola Aset Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













