CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.477.000   -5.000   -0,34%
  • USD/IDR 15.785   10,00   0,06%
  • IDX 7.329   6,57   0,09%
  • KOMPAS100 1.122   1,88   0,17%
  • LQ45 889   4,33   0,49%
  • ISSI 222   0,01   0,00%
  • IDX30 455   2,58   0,57%
  • IDXHIDIV20 547   1,20   0,22%
  • IDX80 129   0,23   0,18%
  • IDXV30 137   0,18   0,13%
  • IDXQ30 151   0,24   0,16%

Pengamat Soroti Pertumbuhan Sektor Panas Bumi yang Melambat Beberapa Tahun Ini


Minggu, 10 November 2024 / 23:50 WIB
Pengamat Soroti Pertumbuhan Sektor Panas Bumi yang Melambat Beberapa Tahun Ini
ILUSTRASI. Suasana di ajang The 10th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024, JCC, Jakarta, Rabu (18/9/2024). Mengangkat tema utama Powering Together: Stakeholder Unity in Geothermal Innovation & Acceleration, ini menegaskan kembali komitmen Indonesia dalam mempercepat pengembangan energi panas bumi sebagai bagian integral dari transisi energi menuju masa depan yang berkelanjutan./pho KONTAN/arolus Agus Waluyo/18/09/2024.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia terus mengembangkan energi hijau, salah satunya yang bersumber dari panas bumi atau geothermal, sebagai bagian dari upaya mencapai target swasembada energi pada 2028-2029 yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto.

Namun, pengamat energi dari Energy Shift Institute, Putra Adhiguna mencatat bahwa pertumbuhan pengembangan panas bumi dalam beberapa tahun terakhir tergolong lambat jika dibandingkan dengan periode 2015 hingga 2019.

Baca Juga: Insentif Bea Masuk Dorong Investasi Panas Bumi di Indonesia

“Antara 2015 hingga 2019, peningkatan kapasitas panas bumi berkisar 150-200 megawatt (MW) per tahun, sementara belakangan ini hanya sekitar 6-70 MW per tahunnya,” ujar Putra kepada Kontan, Minggu (10/11).

Melihat kondisi ini, Putra mengimbau agar pemerintah lebih serius memperhatikan sektor pengembangan panas bumi, meskipun sudah ada insentif fiskal yang diberikan untuk sektor tersebut.

Baca Juga: Pengembangan Energi Panas Bumi di Indonesia: Tantangan Regulasi dan Insentif

Menurutnya, salah satu permasalahan utama adalah proses perizinan investasi yang memakan waktu lama, yang pada gilirannya dapat meningkatkan biaya dan ketidakpastian bagi investor.

Putra juga menyoroti masalah klasik terkait harga jual keekonomian energi panas bumi yang perlu terus dibenahi, terutama dalam hubungan dengan PT PLN sebagai pembeli utama.

“Meski ada regulasi seperti Perpres 112 yang mengatur pengembangan energi terbarukan, pada akhirnya eksekusinya ada di tangan PLN,” ungkapnya.

Karena pengembangan energi panas bumi memerlukan waktu yang relatif panjang, Putra berpendapat PLN perlu merencanakan kebutuhan kapasitas energi dengan lebih matang sejak dini.

Baca Juga: Pemerintah Berkomitmen untuk Terus Dukung Pengembangan Energi Panas Bumi

Hal ini penting, mengingat kapasitas yang ada saat ini semakin menyusut dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru tidak lagi dibangun.

Di sisi positif, Putra menyebutkan bahwa hasil lelang panas bumi baru-baru ini menunjukkan adanya ketertarikan dari lima perusahaan berbeda yang siap berinvestasi di sektor ini.

“Pemerintahan baru ini diharapkan dapat menjaga dan mempercepat momentum investasi yang sudah mulai tumbuh,” tandas Putra.

Selanjutnya: Insentif Bea Masuk Dorong Investasi Panas Bumi di Indonesia

Menarik Dibaca: Hujan dari Siang sampai Sore, Berikut Proyeksi Cuaca Besok (11/11) di Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×