kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   -7.000   -0,46%
  • USD/IDR 15.730   -85,00   -0,54%
  • IDX 7.635   -60,03   -0,78%
  • KOMPAS100 1.181   -8,24   -0,69%
  • LQ45 935   -8,40   -0,89%
  • ISSI 231   -0,36   -0,16%
  • IDX30 482   -4,59   -0,94%
  • IDXHIDIV20 578   -4,42   -0,76%
  • IDX80 134   -0,87   -0,64%
  • IDXV30 141   -0,34   -0,24%
  • IDXQ30 160   -0,84   -0,52%

Penyelamatan Industri Tekstil Tak Boleh Fokus Hanya pada Satu Perusahaan


Senin, 28 Oktober 2024 / 18:35 WIB
Penyelamatan Industri Tekstil Tak Boleh Fokus Hanya pada Satu Perusahaan
ILUSTRASI. Pemintalan benang di Pabrik Sritex, Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (27/3/2013). INDEF menilai penyelamatan industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri tidak boleh hanya fokus kepada satu perusahaan saja.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eisha Maghfiruha Rachbini mengungkap bahwa penyelamatan  industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri tidak boleh hanya fokus kepada satu perusahaan saja.

"Untuk kebijakan pemerintah, yang perlu ditekankan adalah penyelamatan industri tekstil, bukan hanya pada satu perusahaan saja," ungkap Eisha kepada Kontan, Senin (28/10).

Pemerintah, tambah Eisha juga harus memiliki kebijakan terkait pekerja yang terdampak, dalam hal ini memberikan jaminan sosial.

"Ini supaya tidak kemudian berdampak pada penurunan daya beli, dan bertambahnnya masyarakat yang masuk ke kelompok miskin," tambahnya.

Baca Juga: Penyelamatan Sritex yang Terancam Pailit, Perlukah?

Kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan industri tekstil, misal dapat dilakukan dengan memberikan peluang pasar untuk produk tekstil,

"Misal dengan menumbuhkan kembali pasar untuk produk tekstil dalam negeri, dan melarang produk tekstil ilegal serta pakaian impor bekas. lalu, promosi dan peluang pasar ekspor non tradisional melalui diplomasi dan kerjasama internasional," tambahnya.

Sedangkan dari sisi perusahaan tekstil, dirinya bilang perusahaan harus cepat melakukan inovasi dan efisiensi usaha.

"Contohnya mencari pasar baru ekspor ke pasar non tradisional. Dan mencari potensi pasar untuk domestik, melalui penciptaan captive market, misalnya melalui pengadaan seragam sekolah, pegawai dgn tekstil dalam negeri," ungkapnya.

Untuk diketahui, industri TPT dalam negeri sedang dilanda penurunan kinerja bahkan disebut masuk dalam masa sunset industry. Yang paling baru adalah pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias SRITEX yang telah dinyatakan Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, Jawa Tengah, pada 21 Oktober lalu.

Adapun, Komisaris Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, telah menemui Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dan mengungkap akan ada strategi besar untuk menyelamatkan perusahaannya.

"Jadi nanti ada pembahasan berikutnya ya. Jadi saya ya istilahnya membuat strategi besarlah intinya begitu ya. Bagaimana untuk bisa semuanya bisa sustain. Jadi jangan kita membuat plan itu tanggung-tanggung gitu," ungkap Iwan di Jakarta, Senin (28/10).

Baca Juga: Kemenperin Ungkap Opsi Bailout untuk Selamatkan Sritex

Selanjutnya: Bisnis KPR Bank Syariah Tumbuh Dobel Digit pada Kuartal III-2024

Menarik Dibaca: Peringati Hari Sumpah Pemuda, Menkomdigi Dorong Digitalisasi Bersama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
FREE WEBINAR - Bongkar Strategi Viral Digital Marketing Terbaru 2025 FREE WEBINAR - The Psychology of Selling

[X]
×