Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
Dia juga mengatakan pihaknya akan membentuk Forum PSR yang akan memonitor, mengevaluasi serta meningkatkan proses di lapangan yang lebih efektif.
Adapun, Deputi II Kemenko Perekonomian Musdhalifah M. mengatakan bahwa industri kelapa sawit Indonesia tidak hanya berperan penting untuk perekonomian Indonesia, namun minyak sawit Indonesia juga menjadi penyokong dalam ketahanan pangan dunia.
"Setidaknya 33% minyak nabati dunia berasal dari Indonesia,” kata Musdhalifah.
Menurutnya, meski subsektor perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi masih banyak tantangan dalam pengembangannya, salah satunya adalah produktivitas yang masih rendah.
Menurutnya, produktivitas CPO saat ini masih sebesar 3,6 ton CPO/ha per tahun padahal potensi produktivitas mampu mencapai 6-8 ton CPO/ha per tahun.
Baca Juga: Indonesia berpotensi mengembangkan biodiesel dari bahan baku limbah pertanian
Dia menurutnya, rendahnya produktivitas perkebunan kelapa sawit Indonesia lantaran berbagai faktor seperti minimnya penggunaan bibit unggul, kurangnya pengetahuan mengenai Good Agricultural Practices (GAP), lemahnya kelembagaan, serta keterbatasan akses modal.
Melihat luas lahan tutupan kelapa sawit nasional mencapai 16,38 juta Ha, dan Luas tutupan kelapa sawit didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 41%, Musdhalifah meyakini peran perkebunan rakyat dalam industri sawit nasional tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
“Perkebunan rakyat harus diperkuat, salah satunya melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) atau replanting sebagai upaya peningkatan produktivitas, penguatan sumber daya manusia serta meningkatkan kesejahteraan petani. Keberhasilan PSR membutuhkan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak,” kata Musdhalifah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News