Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
Sehubungan dengan permintaan internasional yang tinggi, diasumsikan produksi wood pellet Perhutani Group akan berorientasi pada ekspor sehingga diharapkan dapat meningkatkan devisa negara.
Pada tahun 2021 diharapkan sudah bisa menghasilkan devisa US$ 43 juta dan terus meningkat, pada tahun 2025 dapat menghasilkan devisa sebanyak US$ 247 juta.
Dari aspek people, dengan sistem agroforestri, desain pola tanam menggabungkan antara tanaman biomassa dan tanaman pertanian akan memberikan akses kepada masyarakat sekitar hutan untuk bercocok tanam tanaman pertanian, misal jagung, kacang tanah, dengan prinsip berbagi peran dan berbagi hasil dari produksi tanaman biomassa dan tanaman pertanian.
Komposisi luas untuk tanaman biomassa adalah 70% sedangkan luas untuk tanaman pertanian masyarakat adalah 30% dari total luas penanaman.
Penyediaan lahan pertanian melalui pola tanam agroforesteri akan mencapai 6.000 Ha pada tahun 2019 dan menjadi 36.000 Ha pada tahun 2023. Dengan luasan tersebut, diperkirakan, diharapkan petani akan menikmati produksi hasil pertanian senilai Rp 4,7 triliun pada tahun 2024.
Pengembangan tanaman biomassa juga akan menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar hutan dalam kegiatan pembuatan persemaian, tanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, diperkirakan nilai nya akan mencapai Rp 940 miliar pada tahun 2025.
Di samping itu, tanaman biomassa juga dapat menghasilkan hijauan makanan ternak, sumber pakan lebah madu sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan.
Perhutani juga akan memberikan bagi hasil produksi atas partisipasi petani dan Lembaga Masyarakat Desa Huta (LMDH) dalam pengelolaan tanaman biomassa, kurang lebih senilai Rp 102 miliar pada tahun 2025.
Dengan berbagai manfaat tersebut pendapatan petani hutan yang bergabung dalam agroforestri biomassa dapat mencapai Rp 2,7 per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News