Reporter: Leni Wandira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten komponen otomotif, PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) akan menghadapi dampak kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) melalui strategi diversifikasi pasar ekspor.
Kebijakan tarif resiprokal ini muncul seiring pemberlakuan tarif impor baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Vice President Director SMSM, Ang Andri Pribadi mengatakan, pemberlakuan tarif impor sebesar 25% untuk produk komponen otomotif oleh pemerintah AS merupakan tantangan global yang perlu disikapi dengan cermat.
Terlebih, AS merupakan salah satu pasar penting bagi SMSM, dengan kontribusi sekitar 9,8% dari total penjualan konsolidasi pada tahun 2024.
“Kami masih menunggu hasil koordinasi antara pelanggan kami di AS dengan otoritas US Customs & Border Protection. Seiring regulasi ini masih dalam tahap evaluasi, kami belum dapat menyampaikan dampaknya secara rinci,” ujar Ang Andri kepada KONTAN, Kamis (9/4).
Baca Juga: Selamat Sempurna (SMSM) Yakin Kinerja Solid Meski Ada Tarif Impor AS, Ini Strateginya
Meski begitu, ia menegaskan, SMSM telah menyusun sejumlah langkah mitigasi. SMSM tengah mengevaluasi ulang strategi ekspornya, menjajaki pasar baru di luar AS, serta mendorong efisiensi biaya produksi agar tetap kompetitif secara global.
SMSM juga terbuka terhadap peluang kerja sama regional yang memungkinkan ekspor dengan tarif lebih rendah.
Ang Andri menambahkan, kebijakan tarif AS bisa memberi efek domino di luar pasar AS itu sendiri, khususnya dalam konteks potensi pergeseran pasar dan peningkatan tren proteksionisme global.
“Prospek kinerja SMSM hingga akhir tahun ini masih tetap solid. Diversifikasi pasar kami cukup kuat, mencakup kawasan Asia, Australia, Eropa, hingga Timur Tengah. Ini menjadi kekuatan utama kami untuk menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian,” jelasnya.
Menanggapi kondisi ini, Ang Andri berharap pemerintah Indonesia turut aktif dalam perlindungan industri komponen otomotif nasional, termasuk dengan mendorong diplomasi dagang internasional dan penguatan daya saing industri dalam negeri.
“Perlu ada strategi kombinasi antara langkah ofensif melalui lobi dagang, serta defensif lewat penguatan industri lokal. Ini penting agar kita bisa tetap bersaing di pasar global,” imbuhnya.
Selanjutnya: Penyaluran Pembiayaan Mandiri Utama Finance Tumbuh 3,5% pada Kuartal I-2025
Menarik Dibaca: 10 Sayuran yang Tidak Boleh Dikonsumsi Penderita Diabetes secara Berlebihan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News