Reporter: Mimi Silvia | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Industri pulp dan paper mengalami penurunan permintaan akibat pelemahan ekonomi global. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang berkurang dari lokal dan diakibatkan berkurangnya pasokan ekspor.
Sampai kuartal III tahun ini, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi industri ini turun 2,22% dibandingkan kuartal III tahun lalu.
Menurut Misbahul Huda, Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) hal ini menyebabkan pasokan untuk bahan baku kertas over supply. "Pasokan bahan baku kita masih banyak sekali," ujarnya, Rabu (4/11).
Sehingga terjadinya kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan dinilainya belum mempengaruhi pasokan bahan baku untuk industri kertas.
Salah satu faktor berkurangnya produksi ini yaitu pasar ekspor ke negara-negara tetangga yang diboikot, yaitu Singapura. Sebagaimana diketahui, baru-baru ini surat kabar Singapura, Strait Times (8/10) melaporkan, sejumlah supermarket Singapura menarik tisu produksi Asian Pulp and Paper (APP) dan empat perusahaan lain asal Indonesia.
Sampai saat ini menurut Misbahul aksi boikot ini masih berlanjut. "Asumsi Singapura industri kertas yang membakar hutan. Padahal kami yang malah menanam sebagai bahan baku kami untuk kertas," katanya.
Penolakan dari Singapura ini sampai saat ini masih mengundang tanda tanya bagi perusahaan yang tergabung dalam APKI.
Menurut data Kementerian Perdagangan dalam 5 tahun terakhir, tren ekspor kertas turun. Ekspor kertas turun sebesar 3,22% dari tahun 2010-2014. Tidak hanya kertas, untuk ekspor bubur kertas trennya juga turun sebesar 6,74% dari tahun 2010-2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News