Reporter: David Oliver Purba | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Melemahnya daya beli masyarakat membikin produsen tisu PT Graha Kerindo Utama mengubah strategi bisnis. Bagian dari kelompok Kompas Gramedia, yang otomatis sister company KONTAN itu, ingin memperbesar penjualan ekspor sejak semester II-2015.
Lihat saja, hingga September 2015, penjualan tisu Graha Kerindo di pasar dalam negeri turun 10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014. Sayangnya manajemen perusahaan ini enggan membagikan data nilai penjualan yang dimaksud.
Graha Kerindo menyelamatkan penjualan di paruh kedua tahun ini dengan mengalihkan 5% pasokan lokal ke pasar ekspor. "Saat ini penjualan lokal tertekan, makanya kami melihat pasar ekspor masih punya potensi pertumbuhan," ungkap Bambang Dwi Setiawan, Direktur PT Graha Kerindo Utama kepada KONTAN, Minggu (11/10).
Dengan begitu, target komposisi penjualan Graha Kerindo akan berubah menjadi 55% ekspor dan 45% lokal. Sebab, rencana bisnis semula kedua tujuan pasar tersebut berkontribusi seimbang.
Untuk pasar ekspor, Graha Kerindo masih akan mengandalkan penjualan tisu dari tiga merek utama. Ketiganya yakni Tessa, Multi dan Dinasty.
Graha Kerindo belum berniat menggenjot produk anyar tisu Tessa berwarna. Meskipun, perusahaan tersebut sudah mulai menawarkan produk tersebut kepada para pelanggan di Malaysia, Thailand, Australia, dan Taiwan.
Upaya memperkenalkan produk baru ke pasar mancanegara itu memang menghadapi tantangan. Bambang menyatakan, saat ini masih ada kekhawatiran dari pasar mancanegara bahwa tisu berwarna mengandung zat pewarna berbahaya bagi kesehatan. "Padahal produk kami sudah sesuai dengan standar batas yang diizinkan," terang Bambang meyakinkan.
Beruntung dalam pengamatan manajemen Graha Kerindo, respon pasar dalam negeri terhadap tisu Tessa berwarna cukup positif. Sejak masuk pasar Indonesia pertengahan tahun 2015, produk ini sudah bisa menopang sekitar 5% terhadap total penjualan tisu Graha Kerindo.
Menurut Bambang, perolehan tersebut adalah sinyal positif bagi sebuah produk baru. Oleh karena itu, Graha Kerindo akan kembali memproduksi tisu baru untuk mengikuti jejak tisu Tessa berwarna.
Hanya saja manajemen Graha Kerindo masih merahasiakan detail produk baru tersebut. Perusahaan ini berencana melemparkan produk tisu baru itu ke pasar dalam negeri mulai tahun 2016.
Tak kerek harga jual
Nah, hingga akhir tahun 2015, manajemen Graha Kerindo berharap tahun ini kinerjanya tetap positif kendati situasi pasar dan ekonomi sedang lesu. Manajemen perusahaan ini masih optimistis dua strategi tadi, yakni memperbesar ekspor dan meluncurkan tisu berwarna, bisa memoles kinerja keuangannya sampai akhir tahun.
Saat ini, Graha Kerindo masih berani memasang target pertumbuhan kinerjanya sebesar 20% hingga akhir tahun 2015. Perusahaan tersebut tak khawatir, meskipun sisa waktu untuk mengejar penjualan tahun ini hanya tinggal satu triwulan lagi.
Kendati biaya makin berat akibat pelemahan rupiah, Graha Kerindo berupaya mempertahankan harga jual hingga akhir tahun ini. Ihwal harga juga yang tetap itu, ada dua alasannya. Pertama, akhir tahun 2014, Graha Kerindo sudah menaikkan harga jual.
Kedua, daya beli masyarakat sedang melemah sehingga bukan momen tepat untuk menaikkan harga jual. "Kami ingin melihat reaksi pasar dulu. kalau pasarnya seperti sekarang masih turun, agak sulit jika ingin menaikkan harga," kata Bambang.
Sebelumnya, manajemen Graha Kerindo bilang akan menambah kapasitas produksi pabrik sebesar 30.000 ton per tahun. Sebagai gambaran, total kapasitas produksi saat ini 65.000 ton tisu per tahun. Dengan begitu, jika mimpi memperbesar kapasitas terpenuhi, total kapasitas pabrik akan menjadi 95.000 ton tisu per tahun.
Selama ini Graha Kerindo memproduksi tisu dari dua unit pabrik di Jawa Barat yakni di Cibitung dan Cikampek. Berdasarkan informasi dalam situs perusahaan tersebut, Graha Kerindo mendapatkan suplai tisu dari PT Graha Cemerlang Paper Utama. Perusahaan pemasok bahan baku itu masih terafiliasi dengan Graha Kerindo.
Tentu saja, bisnis tisu tak selalu mulus. Belakangan ini, misalnya, sejumlah tudingan negatif mengarah ke produsen tisu dan kertas sebagai penyalah guna hutan yang menyebabkan kebakaran di Sumatera dan Kalimantan.
Toh, Graha Kerindo menampik cap itu. Perusahaan ini mengklaim bahwa tisunya sudah sesuai standar aturan dan tidak merusak lingkungan. Alhasil, manajemen perusahaan optimistis produknya bisa diterima pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News