Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) mengatakan, permintaan pendingin ruangan atawa air conditioner (AC) telah menunjukkan peningkatan di awal tahun ini. Termasuk juga dalam kurun waktu tiga minggu ke belakang, di mana momentum musim kemarau sudah mulai dirasakan di Indonesia.
"Itu benar bahwa dalam waktu kurang lebih tiga minggu ini menurut saya lagi panas-panasnya sebulan ini jadi memang permintaan AC sedang naik," kata Ketua Umum Perprindo Iffan Suryanto saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (19/5).
Meskipun permintaan AC naik, hal itu tidak diimbangi dengan ketersediaannya di pasaran. Sehingga penjualan AC dalam empat bulan pertama tahun ini masih turun karena faktor keterbatasan supply yang terjadi.
"Kalau kami lihat permintaan sebenarnya banyak, cuman masih ada masalah supply di pasar. Jadi masalahnya memang supply-nya yang tidak cukup," lanjut dia.
Iffan menambahkan, keterbatasan supply AC masih merupakan akar dari masalah pembatasan jatah atau kuota impor yang sudah terjadi sejak tahun lalu. Di mana, kondisi tersebut berimbas kepada tidak pastinya ketersediaan AC yang bisa dipenuhi oleh para importir AC di tanah air.
"Sebenarnya pasar masih tidak masalah, sekali lagi masalah supply. Jadi masih tetap terkendala masalah proses impor, karena ini kan masalah business continuity-nya jadi tidak jelas ya, dapat kuota tidak 100% dari yang kami minta, terus kemudian setelah habis kami masih butuh waktu lagi untuk apply lagi, dan kami tidak tahu berapa banyak yang bisa di-approve," jelas Iffan.
Baca Juga: Produsen AC mencuil peluang penjualan di musim kemarau
Sekedar mengingatkan, pemerintah memang mengeluarkan Persetujuan Impor (PI) untuk AC. Namun, jumlah unit AC yang impornya disetujui, masih jauh di bawah ekspektasi dan hanya cukup untuk menunjang penjualan selama 1 bulan hingga 2 bulan saja.
Ketidakpastian yang terjadi, ikut menyebabkan kenaikan harga AC di pasaran domestik. Di sisi lain, melonjaknya harga komoditi serta kelangkaan chip dari pabrik juga turut mendorong kenaikan atau perubahan harga AC saat ini.
"Kenaikan harga AC di pasar juga dikarenakan harga komoditi yang naik, harga part naik, dan kelangkaan chip itu menyebabkan banyak kenaikan harga dari material itu sendiri dan juga masalah kelangkaan. Jadi semua itu akan terjadi perubahan harga menyesuaikan dengan harga di market untuk ac," beber Iffan.
Alhasil, para importir AC pun kesulitan untuk mematok target penjualan di tengah kondisi saat ini. Dia bilang, ketika masalah jatah atau kuota impor telah menemukan titik terang hal itu juga akan berdampak terhadap penjualan, barulah Perprindo bisa memasang estimasi yang lebih pasti.
"Kami tidak bisa tahu, karena sekali lagi ini masalah utamanya bukan di permintaan tapi lebih ke supply karena kuota impor. Jadi semua tergantung dari kuota impor. Ketika semuanya lancar ya pasti kami semua bisa meng-estimasi dong. Sekarang sangat sulit untuk meng-estimasi," pungkas dia.
Selanjutnya: Demi IPO, sejumlah start up terkemuka merger dengan SPAC
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













