kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pertamina diminta efisien dalam pengadaan LPG


Senin, 27 Januari 2014 / 06:01 WIB
Pertamina diminta efisien dalam pengadaan LPG
ILUSTRASI. Wabah pneumonia berat akibat bakteri Legionella di Argentina. Pernah terjadi di Indonesia?


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menilai bisnis LPG 12 kilogram (kg) yang dilakukan Pertamina tidak termasuk dalam kategori monopoli. Sebab menurutnya siapapun badan usaha yang ingin masuk ke dalam bisnis LPG 12 kg dapat memasukinya.

"Namun dalam prakteknya Pertamina adalah pemain satu-satunya. Kini yang perlu dicermati adalah alasan Pertamina yang menyatakan bahwa bisnis LPG 12 kg itu merugi," ujar Fahmy dalam keterangannya kemarin (26/1).

Dosen UGM ini menilai pernyataan Pertamina yang merugi di bisnis LPG 12 kg terbilang aneh. Fahmy menduga bisnis LPG 12 kg merugi lantaran Pertamina tak ingin ada badan usaha lain yang ikut terjun ke bisnis LPG 12 kg sebagai bagian dari entry barrier.

Hal senada juga diungkapkan pengamat perminyakan, Kurtubi. Menurut dia seharusnya BPK cermat dalam mengeluarkan opini mengenai kerugian Pertamina di bisnis LPG 12 kg. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh BPK pun bukan meminta Pertamina menaikkan harga jual LPG 12 kg. "Harusnya rekomendasi BPK adalah meminta agar Pertamina mengefesienkan pengadaan LPG 12 kg," ujarnya.

Kurtubi menilai sampai saat ini pengadaan LPG Pertamina belum efesien. Ini dapat dilihat dari Pertamina yang masih senang mengimpor LPG melalui broker. Logikanya Pertamina dapat membeli LPG dari produsen secara langsung dengan kontrak jangka panjang. Langkah tersebut dapat menurunkan biaya pokok pengadaan LPG yang akhirnnya menurunkan kerugian Pertamina.

Kurtubi meminta agar pemerintah melarang Pertamina untuk membeli LPG dari broker. “Kita mencurigai Pertamina yang senang membeli LPG dari broker karena saling menguntungkan antar broker dan oknum pejabat di Pertamina. Namun negara dan Pertamina yang dirugikan” katanya.

Selain karena membeli dari broker, Kurtubi mensinyalir tingginya harga jual LPG 12 kg lantaran acuan harga yang dipakai Pertamina menggunakan harga Crude Price (CP) Aramco. “Jika Pertamina tidak menggunakan harga internasional, pasti harga jualnya jauh lebih murah. Bisa lebih murah 10%,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×