Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Subholding Upstream Pertamina terus menggenjot pengembangan proyek strategis di Stasiun Pengumpul Akasia Bagus (SP ABG) Tahap 1. Proyek ini terletak di Lapangan Akasia Bagus yang dikelola oleh PT Pertamina EP, afiliasi dari PT Pertamina Hulu Energi selaku bagian dari Subholding Upstream.
Proyek ini dirancang untuk mampu memproses minyak dan gas masing-masing sebanyak 9.000 barel cairan per hari (BLPD) dan 22 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
General Manager Zona 7 Regional Jawa Afwan Daroni mengatakan, fasilitas produksi akan ditingkatkan dengan menambahkan CO2 Removal Package berbasis sistem amine (MDEA), Unit Dehidrasi Gas, dan Thermal Oxidation (TOX).
Penambahan ini bertujuan untuk menurunkan kadar CO2, H2S, dan air agar sesuai dengan spesifikasi penjualan gas sebagaimana diatur dalam Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) yang berlaku di Jawa Barat.
Baca Juga: Eksplorasi Migas di Sorong, Pertamina EP Regional Indonesia Timur Bor Sumur BIT-001
Plt. Direktur Utama PT Pertamina EP Muhammad Arifin mengatakan, proyek ini adalah proyek upgrading, setelah sebelumnya Stasiun Pengumpul ini telah memenuhi kapasitas sekitar 1.750 BLPD dan 3 MMSCFD.
"Melalui kreativitas dan intuisi kawan-kawan pekerja, ternyata menghasilkan jauh lebih besar daripada apa yang diprediksi di awal," kata Arifin dalam keterangan resmi, Jumat (11/7).
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berharap kelancaran proyek ini dan bulan depan project ini sudah onstream, sehingga dapat memonetisasi cadangan gas di lapangan Akasia Bagus dan berkontribusi pada peningkatan produksi migas Indonesia.
"Dan tentunya dengan kolaborasi yang baik, pengembangan stage 2 dari lapangan ini juga dapat diakselerasi," harapnya.
Baca Juga: Pertamina International EP Produksi Migas 221.000 Barel per Hari Sepanjang 2024
Asal tahu saja, Lapangan Akasia Bagus yang dikelola oleh Pertamina EP Regional Jawa Subholding Upstream dikembangkan berdasarkan rencana Plan of Development (POD) yang disetujui sejak 27 Desember 2017.
Proses pengembangan dilakukan dalam dua tahap, yaitu Stage 1 dan Stage 2, untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 1.750 BLPD dan 3 MMSCFD menjadi 9.000 BLPD dan 22 MMSCFD.
Selanjutnya: Bertolak ke Belgia, Airlangga Bakal Bahas Finalisasi IEU CEPA
Menarik Dibaca: Apakah Jurusan Bahasa Terancam Tergusur AI atau Tidak? Ini Sederat Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News