Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
Masih menurut Agus, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Lembaga Minyak dan Gas Bumi dan Japan Petroleum Exploration (Japex) demi mendukung proyek pembangunan pipa yang akan menyalurkan CO2 dari JBT ke Lapangan Sukowati. "Pipa khusus karena CO2, untuk pendanaan bersama antara pemerintah dan Jepang untuk fasilitas surface," sebut Agus.
Sayangnya, Agus enggan membeberkan mengenai dana yang disiapkan. Lebih jauh Agus memastikan, proyek ini ditetapkan sebagai pilot project dengan panjang pipa mencapai 15 kilometer hingga 20 kilometer.
Yang terang, proyek ini merupakan proyek dari pemerintah melalui Kementerian ESDM. Agus menambahkan, ditargetkan pada Februari 2020 mendatang sudah ada yang bisa dipresentasikan oleh Lemigas dan Japex.
Nantinya, proyek pipa ini ditargetkan mampu menginjeksi sekitar 10 mmscfd hingga 15 mmscfd sebagai tahap awal.
Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengungkapkan, proses EOR pada lapangan Sukowati termasuk salah satu yang memiliki tingkat kerumitan tinggi. "CO2 yang dihasilkan JTB tidak dilepas ke udara tapi disalurkan ke reservoir milik Sukowati," jelas Dharmawan.
Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dari Pertamina EP. "Denggan penyaluran CO2 juga akan menurunkan emisi daru Pertamina EP," tambah Dharmawan.
Tambun Field siap kerek produksi
Pertamina EP Asset 3 Tambun Field Manager Ceppy Agung Kurniawan yang ditemui di sela kunjungan ke Karawang mengungkapkan, pihaknya merencanakan optimalisasi dua sumur demi mengerek produksi.
Dalam catatan perusahaan, per 20 September 2019, produksi minyak tercatat sebesar Tambun Field mencapai 1.683 BOPD dan gas 31,55 MMscfd. Adapun, produksi minyak Pertamina EP Asset 3 tercatat sebesar 13.049 BOPD dan 259,7 MMscfd.
Optimalisasi dua sumur yang direncanakan yaitu PDM-2 dan PDM-14. Kedua sumur ini diharapkan mampu berkontribusi sekitar 150 BOPD. Karakteristik kedua sumur disebut Ceppy menjadi tantangan dalam usaha mengerek produkai.
"Sumur PDM-2 masih perlu menguras air yang cukup banyak dan butuh 5-6 bulan, kita sudah laksanakan selama 4 bulan dan sedang diusahakan," kata Ceppy.
Sementara itu, karakteristik sumur PDM-14 yang memiliki minyak panas membuat penanganan yang dibutuhkan sedikit berbeda. Ceppy mengungkapkan, pihaknya berencana menyiapkan pompa khusus yang memiliki high temperature demi menjaga suhu untuk meningkatkan produksi.
"Decline rate pada Tambun Field mencapai 12%, kami terus mengupayakan workover, well intervention demi menjaga decline," jelas Ceppy.
Beberapa aktivitas yang dilakukan Tambun Field demi menjaga produksi adalah melakukan pekerjaan well intervention PDM-14, PDL-01, Optimasi Gaslift Pondok Tengah, MB-04 Reaktivasi, Optimasi Condensate Plant, Reparasi sumur-sumur di Struktur Tambun di awal tahun yang menghasilkan tambahan gas.
“Kami juga melakukan pressure maintenance dengan new pattern injeksi di area Tambun Utara dan rencana optimasi (bean up & bean down) untuk sumur TGP sesuai persetujuan dari Tim EPT Asset 3 serta inovasi berkelanjutan hingga mendapatkan paten untuk H2S Removal,” ujarnya.
Tambun Field mengalokasikan belanja modal untuk 2019 sebesar US$ 3,85 juta, naik dari belanja modal tahun lalu sebesar US$ 2,7 juta.
Dana tersebut digunakan untuk pengadaan dua unit Mobile Multiphase Flow Meter untuk kebutuhan pengukuran dan monitoring sumur, perbaikan pipa-pipa produksi TBN U, TBN V, dan perbaikan trunkline minyak dan gas dari PDT-TBN. “Dana juga digunakan untuk pengadaan fire truck/fire jeep untuk HSSE, general overhaul compresor, dan reaktivasi cluster MB-04,” ujar Ceppy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News