kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Pertamina SMEXPO 2020, ajang virtual bagi Erwin merajut mimpi dari usaha masker kain


Selasa, 25 Agustus 2020 / 09:54 WIB
Pertamina SMEXPO 2020, ajang virtual bagi Erwin merajut mimpi dari usaha masker kain
Proses pembuatan masker produksi Erwin Ariadi, UKM Mitra Binaan Pertamina


Reporter: Dimas Andi | Editor: Azis Husaini

Erwin menjadi mitra binaan PT Pertamina (Persero) sejak tahun 2018. Pada masa pandemi ini, Saqilla Design sempat memproduksi masker berkisar 10.000 hingga 20.000 potong. Dari penjualan masker, Saqilla Design bisa meraup omzet Rp 50 juta.

Bukan tanpa sebab pria kelahiran 1971 ini memproduksi masker kain. Erwin berkisah, di bidang fesyen, Saqilla Design menjual beragam jenis pakaian jadi dan menjual berbagai macam bahan dasar pembuat pakaian. Tentunya dengan varian dan motif tertentu.

Namun sejak awal 2020, Saqilla Design mengalami penurunan permintaan. Hal tersebut lantaran permintaan konsumen cenderung menurun. Padahal di awal tahun itu, pandemi Covid-19 belum sampai ke Tanah Air. Meski demikian, pergerakan masyarakat di Palembang cukup mengalami penurunan.

“Biasanya produk-produk saya dibeli oleh orang-orang yang berkunjung ke Palembang. Ada pula yang menjadikannya sebagai oleh-oleh,” ungkap Erwin kepada KONTAN, Rabu (19/8).

Seiring berjalannya waktu, wabah korona merebak di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan Palembang semakin sepi pengunjung. Maklumlah, lalu lalang orang di Palembang mengandalkan sektor pariwisata.

Daerah yang terkenal dengan penganan pempek ini mengandalkan sektor pariwisata, salah satu unggulannya adalah Jembatan Ampera. Lantaran bisnis pariwisata dihantam korona, permintaan langsung anjlok. "Kita tidak ada order, saya sempat merumahkan karyawan untuk sementara,” ungkap Erwin.

Beruntung, keadaan menjadi lebih baik ketika dia memutuskan melebarkan bisnisnya ke penjualan masker kain. Beberapa karyawannya kini bisa kembali bekerja. Dia menyebutkan, saat ini ada sembilan karyawan yang berposisi sebagai penjahit masker. Jika memang ada kelebihan permintaan, Erwin memutuskan untuk menjalin kerjasama kemitraan dengan pengusaha penjahit lain yang kebetulan sedang lowong.

Meski tidak menjelaskan rinci, Erwin bilang, biaya produksi masker kain lebih murah ketimbang produk pakaian. Maklum saja, produk fesyen biasanya membutuhkan bahan dari sutra yang jelas lebih mahal.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×