Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sejak menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) pada 29 Agustus 2018 lalu, Nicke Widyawati menyebut salah satunya akan fokus pada proyek pembangunan kilang. Menjelang akhir tahun 2018, kemajuan pembangunan kilang mulai sedikit jelas.
Nicke bilang akan ada enam proyek kilang yang akan dibangun Pertamina. Pertama, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang rencananya akan tanda tangan kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) pada pertengahan bulan Desember 2018. "Pertengahan bulan depan kami tandatangan EPC kontrak. Jadi nanti efektif EPC," kata Nicke pada Rabu (28/11).
Kedua adalah proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban yang rencananya akan dibangun komplek petrokimia. Untuk proyek ini, Pertamina menggandeng perusahaan asal Rusia, Rosneft.
Nicke bilang untuk proyek GRR Tuban sedang dalam tahap pembebasan lahan baik lahan milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) maupun lahan milik warga. "Kami juga lakukan reklamasi. Prosesnya semoga cepat,"kata Nicke.
Sementara untuk proyek ketiga yaitu GRR Bontang, baru akan melakukan penandatangan Framework Agreement pada Desember mendatang. Sebelumnya pada Januari 2018 lalu, Pertamina telah memilih bermitra dengan perusahaan minyak asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) untuk pembangunan GRR Bontang.
Sedangkan untuk proyek RDMP Cilacap, Nicke menyebut Pertamina yang bekerja sama dengan Saudi Aramco masih dalam tahap finalisasi. Selain itu, Pertamina juga tengah melakukan pembebasan lahan. Proyek yang digagas sejak November 2015 dengan ditandatanganinya Heads of Agreement (HOA) antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco memang menemui kendala terutama terkait spin off aset.
Untuk Proyek RDMP Balongan, Nicke bilang sudah bekerja sama dengan CPC Taiwan untuk membangun kompleks kilang. "Prosesnya bisa menjadi valauble product,"ungkapnya.
Proyek lainnya adalah RDMP Plaju dan RDMP Dumai. Kedua kilang ini rencananya akan kembangkan menjadi kilang yang memproduksi gree fuel da green avtur dengan menggunaka CPO.
Untuk mengembangkan RDMP Plaju dan RDMP Dumai ini, Pertamina menggandeng ENI perusahaan asal Italia. "Kami bisa B100. Kami bikin long term agreement, waktu yang diperlukan 24 bulan. Ini dalam pertengahan bulan depan, kami agreement dengan ENI,"imbuh Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News