kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petani Sawit Mulai Kesulitan Jual TBS


Selasa, 02 September 2008 / 19:47 WIB
Petani Sawit Mulai Kesulitan Jual TBS


Reporter: Havid Vebri | Editor: Test Test

JAKARTA. Awan gelap tengah memayungi petani kelapa sawit. Mereka harus menanggung rugi lantaran harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit melorot tajam. Saat ini, harga TBS di tingkat petani melorot di kisaran Rp 700-Rp 1.000 per kilogram (kg). Padahal, harga sebelumnya mencapai Rp 1.800-Rp 2.000 per kg.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, turunnya harga TBS dipicu amblesnya harga minyak sawit mentah atawa CPO selama dua bulan terakhir. “Petani rugi besar dengan anjloknya harga TBS. Apalagi sekarang ini biaya produksi sangat tinggi,” kata Sahat, Selasa (2/9).

Masalah makin runyam karena pasar domestik juga mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Indikasinya, banyak hasil panen petani tidak diserap pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) di dalam negeri. Itu terjadi karena pasokan CPO di pabrikan tengah berlimpah. Ia mencontohkan, di daerah Rantau Prapat, salah satu basis perkebunan CPO di Sumatera Utara. "Sekarang ini, banyak hasil panen petani di daerah itu belum diserap PKS," ucapnya.

Kondisi tersebut sungguh berbeda dengan sebelumnya. Biasanya, tutur Sahat, PKS yang sibuk wara wiri ke perkebunan untuk memborong hasil panen sawit milik para petani. Mereka melakukan penawaran langsung kepada para petani.

Pasar perdagangan sawit juga disibukkan dengan para tengkulak yang jauh-jauh hari sudah memberikan sejumlah uang pada petani. "Tapi sekarang petani yang sibuk menawarkan ke PKS, dan itu belum tentu laku," imbuhnya. Menurut Sahat, pemerintah harus memperhatikan masalah yang tengah membelit petani sawit itu. ”Sektor perkebunan sawit ini kan komoditas andalan Indonesia,” imbuhnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (Gappki) Akmaludin Hasibuan menambahkan, pemerintah harus mempercepat kebijakan yang mewajibkan (mandatory) pemakaian biodiesel. Menurut Akmaludin, mandatory pemakaian biodiesel bakal membantu terciptanya stabilitas harga. "Karena akan ada keseimbangaan antara permintaan dan penawaran," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×