Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memproyeksikan okupansi hotel pada Hari Raya Lebaran tahun ini menurun 20%-30% karena efek kenaikan tarif pesawat terbang.
Maulana Yusran selaku Wakil Ketua Umum PHRI berkata sejak akhir 2018, efek kenaikan harga tiket pesawat serta kurangnya kemampuan maskapai penerbangan nasional berkompetisi dengan pemain dari negara lain, secara tidak langsung berimbas pada tingkat okupansi hotel.
"Dengan kenaikan tarif pesawat terbang, masyarakat yang mudik dan tidak berdomisili di Jakarta kemungkinan besar lebih memilih moda transportasi darat yang dapat memakan waktu perjalanan hingga berhari-ini. Hal ini dapat mengurangi long of stay masyarakat di hotel untuk wisata. Jika biasanya bisa seminggu, rata-rata bisa saja 1-2 hari," tuturnya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/5).
Lebih lanjut, Maulana menyebut sejak 2014 hingga 2018, pihaknya mencatat terjadi kenaikan okupansi hotel sebesar 5%-10%. Kenaikan yang disebutnya tidak terlalu signifikan ini didorong oleh pembangunan infrastruktur oleh pemerintah.
Dirinya menambahkan pula jika tahun ini terdapat pengurangan jadwal penerbangan, sementara tahun sebelumnya maskapai penerbangan selalu menyediakan tambahan penerbangan ekstra.
"Saya berpendapat, jika pemerintah lebih bijak menentukan tarif pesawat, jumlah orang yang berwisata dan tingkat okupansi bisa bertambah banyak saat lebaran. Maka dari itu, tahun ini sangat disayangkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News