kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PHRI: Penerapan diskon tarif pesawat belum efektif dongkrak okupansi hotel


Selasa, 02 Juli 2019 / 18:01 WIB
PHRI: Penerapan diskon tarif pesawat belum efektif dongkrak okupansi hotel


Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah akhirnya memberikan keputusan soal penurunan tarif tiket maskapai. Namun demikian, penyediaan penerbangan murah diterapkan melalui alokasi ketersediaan kursi tertentu pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu sebesar 50% dari TBA, pada penerbangan pukul 10.00 -14.00. Adapun biaya penerbangan murah ini akan ditanggung bersamaan oleh maskapai, pengelola bandara, penyedia bahan bakar, dan Airnav.

Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, kebijakan itu dinilai belum tentu bisa mendongkrak pertumbuhan okupansi hotel. “Kelihatannya kebijakan itu hanya untuk menyasar pengguna maskapai untuk kebutuhan wisata,” katanya kepada Kontan.co.id pada Selasa (2/7).

Maulana menjelaskan, bahwa terdapat dua segmen konsumen hotel yakni dari segmen wisata atau leisure dan dari segmen bisnis. Nah, kata Maulana, segmen bisnis masih memiliki porsi terbesar dari okupansi hotel yakni sekitar 60%.

Segmen bisnis, menurutnya tidak bisa diakomodasi dengan paket kebijakan yang dikeluarkan tersebut. Sebab, perjalanan bisnis menuntuk adanya fleksibilitas waktu. “Sementara yang ditawarkan hanya Selasa, Kamis, Sabtu itupun pukul 10.00 sampai 14.00,” tambahnya.

Adapun untuk segmen wisata, maka kata Maulana, diharapkan kebijakan itu bisa membuat tarif tiket pesawat dalam negeri bisa bersaing dengan harga tiket ke luar negeri. Jika selisihnya tidak berbeda jauh, Maulana khawatir para pelancong memilih destinasi luar negeri ketimbang dalam negeri.

Padahal, Maulana menilai, pemerintah mesti memperhatikan dampak perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain yang sangat mempengaruhi penyebaran uang di Indonesia. “Jadi bukan kami saja, industri makanan minuman serta oleh-oleh misalnya itu kan juga menikmati,” terangnya.

“Apalagi jika dilihat secara geografis, maka kebutuhan masyarakat terhadap transportasi udara di negara ini sebetulnya tinggi,” tambah Maulana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×