kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PLN diminta seperti Pelindo dan Angkasa Pura


Senin, 08 September 2014 / 22:23 WIB
PLN diminta seperti Pelindo dan Angkasa Pura
ILUSTRASI. Logo BCA. REUTERS/Willy Kurniawan


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pengamat Ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Agus Tony Poputra, meminta pemerintah untuk melakukan spin-off atau memecah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Spin off tersebut bisa menjadi tiga atau empat perusahaan mandiri berdasarkan wilayah seperti halnya pada Pelindo dan Angkasa Pura. Dengan begitu diharapkan kinerja listrik Indonesia bisa meningkat signifikan.

"Memperhatikan kondisi kelistrikan dan pengaruhnya terhadap pemerataan pembangunan, maka PLN perlu dipecahkan (spin-off) menjadi tiga atau empat perusahaan mandiri berdasarkan wilayah," kata Tony dalam rilisnya, Senin (8/9).

Untuk pemetaannya, kata dia, Pulau Jawa dan Bali disatukan mengingat kedua daerah ini memiliki banyak industri. Sehingga PLN di wilayah itu dapat melakukan subsidi silang dengan kebutuhan listrik rumah tangga.

"Konsekuensinya, perusahaan PLN baru yang melayani kedua daerah tersebut tidak perlu atau sedikit diberikan subsidi oleh pemerintah. Sebaliknya perusahaan pecahan PLN yang lain di wilayah minus diberikan subsidi yang sesuai dengan kebutuhan," jelas Agus.

Menurut dia, strategi spin-off PLN membuat subsidi listrik tepat sasaran serta penanganan masalah listrik antar wilayah lebih terfokus dan efektif.

Pertumbuhan produksi listrik Indonesia juga belum mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi. Pada periode 2007-2011, pertumbuhan produksi listrik Indonesia rata-rata sebesar 6,41%. Angka ini di bawah Vietnam yang tumbuh rata-rata 10,30%.

"Kondisi ini menjelaskan, mengapa Vietnam yang sebelumnya sebagai Negara keterbelakang karena perang bisa melejit dengan pesat. Sebaliknya, Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam mengalami pembangunan yang kurang berkualitas," ungkap Tony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




[X]
×