Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menilai pemenuhan pasokan dan harga biomassa masih menjadi tantangan dalam program cofiring PLTU.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan mengungkapkan, pihaknya memiliki target untuk mendorong pemanfaatan biomassa untuk menekan CO2 mencapai 11,6 juta ton per tahun.
Meski demikian, upaya penyediaan biomassa diakui tidak mudah. "Harga biomassa untuk diekspor jauh lebih murah ketimbang dijual ke PLN," kata Mamit dalam Media Gathering, Sabtu (20/5).
Mamit melanjutkan, demi mengatasi persoalan pasokan biomassa, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam kerjasama ini, akan dilakukan penanaman sekitar 1 tahun ke depan di lahan seluas 30.000 hektare. PLN menargetkan penanaman 50.000 bibit pohon energi yang terdiri dari tanaman Kaliandra, Gamal dan Tarum.
Biomassa ini akan digunakan untuk PLTU Pacitan. Adapun jumlah biomassa yang bisa dihasilkan dari lahan 30.000 hektar ini mencapai 450 ton per tahun.
Adapun, hingga 2025 mendatang PLN Grup membutuhkan pasokan biomassa sebanyak 10,58 juta ton.
Mamit menegaskan, kerjasama dengan pihak lainnya akan terus didorong ke depannya demi mengamankan pasokan biomassa untuk substitusi batubara dalam program cofiring PLTU.
Sementara itu, terkait persoalan harga, menurutnya dibutuhkan dukungan regulasi dari pemerintah. Salah satu opsi yang diusulkan yakni pengenaan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO).
"Ini Ide dukungan. Harga pasar luar ini jauh lebih bagus dari pada harga dalam negeri. Dengan dukungan ini, (bisa berupa) kebijakan berapa persen diserap dari dalam negeri, tidak harus 25% (tapi) diharapkan bisa menutupi target co-firing itu," pungkas Mamit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News