Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor ketenagalistrikan memainkan peranan penting dalam mewujudkan target pemerintah mencapai transisi dan swasembada energi. Penegasan terhadap peran strategis sektor ketenagalistrikan kembali tercermin dalam ajang Conference of the Parties (COP) 29 di Baku, Azerbaijan.
Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia dalam COP 29, Hashim Djojohadikusumo menyatakan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon lewat transisi energi. Hashim menerangkan hingga tahun 2040, Indonesia siap meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 75 gigawatt (GW).
Peningkatan bauran energi hijau ini berasal dari pembangkit listrik hidro, panas bumi, bioenergi, surya, dan angin. ”Transisi energi bukan hanya tentang mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga tentang menyeimbangkan pertumbuhan dengan keberlanjutan lingkungan. Indonesia akan mencapai energi bersih, hijau, dan terjangkau, sambil mempercepat pertumbuhan ekonomi 8%,” tegas Hashim dalam siaran tertulis yang disiarkan Selasa (12/11).
Dalam rilis terbaru, pemerintah berhasil memikat pendanaan hijau sebesar EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan dari Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) pada ajang COP 29, Rabu (13/11). Pendanaan tersebut digunakan untuk pengembangan sejumlah infrastruktur kelistrikan hijau menuju swasembada energi nasional yang berkelanjutan.
Baca Juga: COP29 Mengincar Pendanaan US$ 1 Triliun Untuk Negara Berkembang
Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT PLN (Persero) dengan KfW untuk pengembangan proyek energi bersih yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pumped Storage dan transmisi yang menghubungkan ke pembangkit hijau.
Hashim mengatakan, pengembangan sumber energi bersih berperan krusial untuk meningkatkan daya saing industri. Dalam 15 tahun ke depan, kapasitas pembangkit energi terbarukan Indonesia ditargetkan bertambah 75% dari total penambahan kapasitas listrik sebesar 100 GW.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan dukungan penuh terhadap langkah pemerintah menjalankan transisi energi. Berbagai kolaborasi dan inisiatif telah dijalankan PLN guna menyukseskan proyek-proyek kelistrikan yang berkelanjutan.
Keterlibatan KfW dalam proyek-proyek hijau PLN diharapkan mampu menarik lebih banyak mitra internasional untuk turut berkolaborasi. Dengan begitu, akan tercipta suatu kolaborasi strategi, teknis dan investasi yang berkelanjutan dalam aksi iklim global.
"Kolaborasi ini menandakan langkah proaktif PLN dalam memperluas kemitraan internasional dalam meningkatkan swasembada energi nasional yang berkelanjutan searah dengan aksi iklim global," kata Darmawan.
Baca Juga: Dorong Ekonomi Tumbuh 8%, PLN Fokus Optimalisasi Energi Hijau
Tak hanya kolaborasi dengan mitra internasional, PLN juga akan memperkuat sinergi dengan mitra di dalam negeri. Baik sesama perusahaan plat merah alias sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun dengan perusahaan listrik swasta dalam mengakselerasi pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).
Executive Vice President Komunikasi Korporat & TJSL PLN, Gregorius Adi Trianto mengungkapkan sebagai BUMN yang bergerak di bidang kelistrikan, PLN memiliki peran sentral dalam merealisasikan visi swasembada energi yang dicanangkan pemerintah. Upaya ini salah satunya dilakukan dengan optimalisasi sumber daya alam untuk menunjang sektor kelistrikan.
PLN berkomitmen untuk memetakan potensi-potensi sumber daya seperti air, angin, matahari, dan panas bumi dan juga mempercepat proyek-proyek pengembangan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan tersebut. "PLN juga terus terbuka akan potensi kolaborasi dengan berbagai pihak untuk pengembangan EBT untuk mewujudkan net zero emissions di tahun 2060 dan juga mendukung kemandirian energi nasional," ungkap Greg kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10).
Kolaborasi tersebut antara lain dapat terlihat dari kerja sama PLN bersama dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Sinergi antar entitas BUMN ini diwujudkan dalam sejumlah proyek pengembangan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP), seperti di proyek Hululais, serta pengembangan co-generation dengan PT PLN Indonesia Power.
Baca Juga: PLN Siap Dukung Rencana Pemerintah Bangun 100 GW Pembangkit EBT
Kolaborasi juga dilakukan dengan anggota holding industri pertambangan BUMN, MIND ID. Pada akhir Oktober lalu, PLN dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menjalin kerja sama strategis. PLN menyediakan pasokan listrik sebesar 150 Megavolt Ampere (MVA) untuk smelter feronikal Antam di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
"Kerja sama ini merupakan langkah nyata dalam implementasi sinergi BUMN dalam mendukung hilirisasi dengan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan," ungkap Direktur Utama Antam Nico Kanter dalam keterbukaan informasi, Senin (28/10).
Perusahaan swasta pun siap memperat sinergi dalam memacu setrum dari sumber energi hijau. Salah satunya PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), emiten EBT yang merupakan bagian dari konglomerasi Grup Astra.
Head of Investor Relations Arkora Hydro Nicko Yosafat menyampaikan kesiapan ARKO untuk melakukan kolaborasi dalam mendukung program pemerintah mencapai target bauran energi dan net zero emission. Di sisi lain, Nicko menilai pentingnya Rancangan Undang-Undangan Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET) serta Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang semakin mengakomodasi energi hijau.
"Dengan demikian, arah pembangunan sektor EBT dapat lebih jelas bagi kami pihak swasta. Sehingga kami dapat berpartisipasi lebih dalam lagi mendukung program pembangunan pemerintah di sektor EBT," kata Nicko.
Baca Juga: Target Ambisius Energi Bersih Era Prabowo
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro berharap komitmen yang disampaikan dalam COP 29 bisa terealisasi dalam kebijakan dan program yang linier dengan target. Komaidi mengamini, sejauh ini pengembangan EBT akan lebih dominan mengandalkan sektor ketenagalistrikan.
Dengan begitu, PLN akan memainkan peranan penting sebagai BUMN yang diamanahi untuk menyerap energi listrik dari pembangkit dan menyalurkannya ke masyarakat. "Apa yang disampaikan di COP 29 cukup potensial. Mudah-mudahan bisa direalisasikan di dalam implementasi kebijakan dan pelaksanaan bisnis yang linier," ujar Komaidi.
Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani memprediksi berbagai komitmen dan program pemerintah dalam mengembangkan energi bersih bakal menjadi katalis penting yang mengangkat prospek kinerja dan pergerakan saham emiten di sektor EBT.
"Prospek industri EBT cukup cerah. Jadi saya melihat prospek saham-saham emiten EBT domestik juga cukup optimistis secara jangka panjang, menarik untuk dicermati," kata Arjun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News