Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen sawit, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) disebut telah mencatatkan kinerja operasional yang cukup positif selama tahun 2021 berjalan. Emiten ini tengah berupaya melakukan peremajaan tanaman dengan penggunaan bibit unggul.
Walau tidak disebut secara rinci, Direktur UNSP Andi W. Setianto menyampaikan, produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) UNSP tumbuh sekitar 15% (yoy) sampai semester I-2021.
Dalam catatan Kontan, produksi CPO UNSP di semester I-2020 lalu berada di level 50.685 ton. Jika mengacu pada pertumbuhan sebesar 15% (yoy) tadi, maka realisasi produksi CPO UNSP di semester I-2021 diperkirakan sebesar 58.288 ton.
Baca Juga: Phapros (PEHA) mencatat kontribusi penjualan ekspor masih di bawah 10%
Manajemen UNSP berharap tren pertumbuhan produksi CPO perusahaan dapat terus berlangsung hingga akhir tahun nanti. Ini mengingat harga CPO global juga masih dalam tren yang positif dalam beberapa waktu terakhir.
Andi juga memastikan bahwa seluruh hasil produksi CPO UNSP dijual ke pasar domestik. Sebab, UNSP berusaha memenuhi kebutuhan bahan baku biodiesel B30 yang merupakan program pemerintah untuk substitusi impor minyak mentah.
“CPO kami eksklusif untuk pasar domestik, tidak ada ekspor. Karena Indonesia ada program B30, kami suplai kebutuhan CPO-nya,” ujar dia dalam paparan publik virtual, Jumat (6/8).
Andi menambahkan, tahun ini pihaknya masih terus melanjutkan program penanaman kembali (replanting) pohon-pohon sawit di area perusahaan. Untuk tahun 2021, UNSP melakukan replanting di area seluas 2.500 hektar.
Program replanting ini sebenarnya telah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Dari 2018 sampai 2020 silam, UNSP telah berhasil melaksanakan replanting dengan luas area sekitar 7.000 hektar.
Baca Juga: Kembali perketat sanksi DMO batubara, Pengamat: Perlu konsistensi penerapan
UNSP pun menggunakan bibit unggul hasil kolaborasi antara perusahaan dengan Agricultural Service & Development (ASD) asal Kosta Rika. Baik ASD dan UNSP telah tergabung dalam joint venture atau perusahaan patungan sejak 2011.
Namun, kerja sama dengan ASD sebenarnya telah berlangsung sejak 1994 silam. Adapun impor bibit unggul UNSP dari ASD telah dilakukan sejak 2006 lalu.
Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh UNSP dengan menggunakan bibit unggul. Di antaranya, lebih banyak pohon yang bisa ditanam per hektar, lebih banyak buah per pohon, lebih banyak minyak yang bisa dihasilkan, lebih mudah dipanen dan lebih panjang usia produktif pohon yang ditanam, masa panen datang lebih awal, serta kemampuan produksi CPO meningkat dengan hektar yang sama.
Tentu saja penanaman dengan bibit unggul tersebut harus dibarengi dengan penerapan best practice management dan kualitas infrastruktur penunjang yang baik. “Dengan bibit unggul, kami bisa meningkatkan produktivitas tiga kali lebih tinggi dengan jumlah hektar yang sama. Jadi tidak perlu ada pembebasan hutan lagi,” ungkap Andi.
Sebagai informasi, saat ini UNSP memiliki lahan seluas 68.082 hektar yang telah ditanami pohon sawit. Dari situ, sebanyak 84% tanaman sawit UNSP berada di usia matang, 10% belum matang, dan terdapat 6% area yang tengah dilakukan replanting.
Area tanaman sawit UNSP tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Kalimantan Selatan.
Selanjutnya: Jaya Sukses Makmur Sentosa (RISE) raih fasilitas kredit Rp 100 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News