Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Target swasembada garam sepertinya harus dikubur dalam-dalam di tahun ini. Pasalnya, produksi garam nasional dari segi jumlah maupun kualitasnya masih jauh dari target. Hal ini terungkap dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Hingga Oktober 2015, produksi garam rakyat baru mencapai 1,27 juta ton. Padahal, target yang diusung pemerintah adalah 3,3 juta ton jika ingin swasembada. Syarif Widjaja, Plt Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP mengatakan, dari produksi garam rakyat sebanyak 1,27 juta ton tersebut, garam yang berkualitas KP1 untuk garam industri hanya 30% atau sebanyak 380.000 ton.
"Padahal, KKP menargetkan kualitas garam rakyat yang bisa memenuhi standar industri mencapai 60%," ujarnya, Senin (26/10).
Asal tahu saja, KKP memperkirakan kebutuhan garam tahun ini sebanyak 4,02 juta ton, terdiri dari garam industri 2,05 juta ton dan garam konsumsi 1,97 juta ton.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, KKP menargetkan produksi garam tahun ini sebanyak 4 juta ton. Produksi tersebut berasal dari garam rakyat 3,3 juta ton dan PT Garam (Persero) 700.000 ton. Adapun 100% garam produksi PT Garam kualitasnya sudah sesuai standar industri.
Sebagai perbandingan, kebutuhan garam tahun lalu sebanyak 3,80 juta ton, terdiri dari garam industri 2,08 juta ton dan garam konsumsi 1,73 juta ton. Sedangkan produksi garam tahun lalu sebanyak 2,85 juta ton, yang berasal dari garam rakyat 2,50 juta ton dan PT Garam 350.000 ton.
Meski produksinya susut, namun harga garam rakyat membaik, yakni menjadi Rp 750 per kilogram (kg) tahun ini dari harga tahun lalu yang sebesar Rp 350 per kg.
Untuk meningkatkan kualitas garam rakyat, Sjarief mengklaim sudah mendistribusikan geoisolator di sepuluh sentra garam, yaitu Pati, Lombok Barat, Pamekasan, Rembang, Demak, Lamongan, Cirebon, Bima, dan Tuban.
Jakfar Sodikin, Ketua Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (AAPGRI) bilang, target produksi garam rakyat sebanyak 3,3 juta ton sulit tercapai tahun ini karena terkendala bahan baku dan cuaca. "Selain itu, tidak ada penambahan luas lahan, sehingga mustahil mencapai target," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News