Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) percaya diri dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik pada 2026. Hal ini didukung oleh optimalisasi produksi minyak dari Blok Cepu dan Blok Jabung yang menjadi portofolio investasi emiten tersebut.
Sebagai informasi, RATU memiliki hak partisipasi atau participating interest (PI) di Blok Cepu sebesar 2,2423% dan Blok Jabung sebesar 8%.
Dengan status sebagai pemegang PI, RATU tidak menjadi operator blok migas tersebut. Namun, RATU tetap bisa memanfaatkan modal untuk menjaga kepemilikan strategis di aset yang bersangkutan.
Direktur Utama Raharja Energi Cepu Sumantri menyampaikan bahwa prospek Blok Cepu masih sangat menjanjikan, mengingat blok tersebut menyumbang 25% dari total produksi minyak nasional.
Baca Juga: RATU Akui Terus Lakukan Rekrutmen Pekerja, Persiapan Rencana Akuisisi Blok Migas Baru
Dalam 2-3 tahun terakhir, produksi minyak dari Blok Cepu mampu tumbuh positif. "Tahun depan produksi Blok Cepu bisa di kisaran rata-rata 140.000-150.000 BOPD (barrel oil per day)," ujar dia dalam paparan publik, Rabu (26/11/2025).
Mengutip materi paparan publik, rata-rata produksi minyak di Blok Cepu berada di level 156.000 BOPD per kuartal III-2025.
Kenaikan produksi ini dipengaruhi usaha operator Blok Cepu yakni ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang aktif melakukan efisiensi sekaligus terus mencari cadangan baru. Bahkan, biaya produksi minyak per barel di Blok Cepu diklaim berada di bawah US$ 5.
Tak hanya Blok Cepu, RATU juga melihat potensi yang menarik dari Blok Jabung yang dikelola oleh PetroChina International Jabung Ltd. Meski Blok Jabung sudah tergolong tua, PetroChina tetap mampu menjaga produksi tetap stabil dan biaya tetap terkendali. Per kuartal III-2025, rata-rata produksi minyak di blok tersebut tercatat sebesar 49.700 BOPD.
Baca Juga: Raharja Energi Cepu (RATU) Akan Segera Akuisisi Hak Partisipasi Blok Migas Baru
“Efisiensi yang dilakukan operator mampu menjaga profitabilitas perusahaan meski harga minyak volatil,” kata Sumantri.
Sebagai kilas balik, RATU membukukan pendapatan sebesar US$ 37,6 juta hingga kuartal III-2025 atau berkurang 13% year on year (yoy) akibat harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) yang lebih rendah seiring tekanan harga minyak dunia.
Namun, laba bersih RATU mampu meningkat 28,4% yoy menjadi US$ 11,8 juta sejalan dengan penurunan cost of goods sold (COGS).
Lebih lanjut, RATU juga bersiap kembali mengakuisisi aset blok migas baru. Selama ini, RATU kerap dirumorkan bakal mengakuisisi PI di Blok Kasuri, Papua Barat.
Selain itu, RATU juga disebut akan mengakuisisi tiga blok migas di Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur.
Sumantri menyampaikan, pada dasarnya RATU senantiasa aktif mencari aset migas untuk diakuisisi. Namun, karena ada perjanjian Non-Disclosure Agreement (NDA) di mana perusahaan mesti menjaga kerahasiaan informasi, maka pihak RATU belum bisa menyebutkan blok migas mana saja yang hendak diakuisisi.
Yang terang, RATU sudah menjalani proses untuk mengakuisisi beberapa aset blok migas potensial, baik melalui negosiasi langsung dengan pemilik PI blok migas yang bersangkutan maupun melalui skema tender yang diadakan oleh pemilik PI.
Baca Juga: Prabowo Resmikan Tambahan Produksi Minyak 30.000 Barel per Hari di Blok Cepu
Sumantri menyebut, ada salah satu tender PI blok migas yang sudah berada di tahap akhir dan hasilnya akan diumumkan dalam satu atau dua minggu mendatang.
"Target kami akhir 2025 atau paling tidak pada kuartal pertama 2026, ada aset (blok migas) yang bisa diakuisisi," kata dia.
Secara terpisah, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, prospek kinerja RATU pada 2025 dan 2026 masih bergantung pada kemampuan operator di Blok Cepu dan Jabung dalam mengoptimalkan produksi minyak.













