Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) memprediksi produksi susu pada tahun depan lebih rendah dari tahun ini. Prediksinya pada tahun ini produksi susu sapi lokal sekitar 750 ton-780 ton dari total kebutuhan susu nasional 3,82 juta ton. Adapun tahun depan diprediksi produksi akan turun menjadi sekitar 700 ton saja. Bahkan APSPI memprediksi di 2020 produksi bisa merosost menjadi 500 ton hingga 600 ton.
Penurunan produksi susu sapi lokal ini terjadi karena harga susu yang terus menurun, sehingga minat peternak sapi perah untuk berternak sapi perah semakin turun. Saat ini saja produksi susu lokal hanya menguasai sekitar 20% - 22% dari total kebutuhan susu nasional. "Dan pada tahun 2020 bisa turun drastis sekitar 12% - 13% dari total kebutuhan susu nasional, jadi tahun depan diprediksi akan terus merosot," ujar Ketua Umum APSI Agus Warsito kepada KONTAN, Kamis (22/12).
Karena kekhawatiran itulah Agus menagih janji dari Kementerian Pertanian (Kemtan) yang sempat mengatakan akan mengeluarkan regulasi yang mewajibkan industri pengolahan susu atau importir susu menyerap susu lokal sebagai syarat impor susu. Sebab bila tidak ada regulasi yang mewajibkan importir susu menyerap susu lokal, maka masa depan peternak sapi perah makin suram. Saat ini harga susu segar lokal hanya sekitar Rp 4.000 - Rp 4.500 per liter.
Harga tersebut tidak berimbang dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan dalam mengelola sapi perah tersebut. Oleh Karena itu, tidak aneh jika di banyak daerah sentra sapi perah, para peternak justru lebih tertarik untuk memotong sapinya dan dijual sebagai daging. Karena itu, satu-satunya strategi untuk mendongkrat produksi susu sapi lokal adalah dengan mendesak pemerintah mengelurkan regulasi yang mewajibkan industri olahan susu menyerap susu segar dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News