Reporter: Raka Mahesa W |
JAKARTA. Harga gandum di pasar dunia terus merangsek naik. Di bursa komoditas Chicago Board of Trade (CBOT) kemarin (20/10), harga kontrak gandum untuk pengiriman Desember 2010 berada di level US$ 6,7575 per gantang. Harga ini naik tipis dari harga per 30 September 2010 di level US$ 6,74 per gantang.
Efek bola salju naiknya harga gandum dunia mulai menggulung harga terigu di pasar domestik. Menurut Ratna Sari Lopies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), kenaikan harga terigu tersebut mulai terjadi sejak 22 September 2010 lalu.
Kenaikan harga di pasar lokal dimulai dari produsen. Ambil contoh harga tepung terigu buatan produsen lokal, PT Bogasari Flour Mills. Menurut Ratna, sejak 22 September 2010 lalu, harga tepung terigu Bogasari naik antara 1,6% sampai 4,9%. Sayangnya, Ratna tidak mengantongi data harga tepung dari perusahaan lain.
Di tingkat distributor, menurut Haryanto, distributor tepung dari toko Surya Kencana di pasar Kebayoran Lama, harga terigu bergerak naik sejak akhir September. Misalnya harga jual tepung Cakra Kembar naik menjadi Rp 161.000 per karung (250 kg) dari Rp 153.500 per karung. Begitu juga dengan harga tepung lain.
Ratna menambahkan, Bogasari memang telah mengantisipasi kenaikan harga tersebut dengan membeli stok cadangan. Jika cadangan tersebut habis, ia belum bisa memprediksi apakah harga akan naik lagi. “Tapi kalau pun harganya naik, tidak akan naik sekaligus tetapi secara bertahap, " ujarnya kepada KONTAN, Rabu (20/10).
Reaksi pengusaha
Kenaikan harga tepung terigu membuat sejumlah pengusaha makanan berbahan baku terigu menaikkan harga jual produk buatan mereka. Misalkan saja PT Nippo Indosari Corpindo, produsen roti Sari Roti.
Menurut Yusuf Hady, Manajer Umum PT Nippo Indosari Corpindo, seiring dengan naiknya harga tepung terigu, pihaknya sudah menaikkan harga jual roti buatannya. Maklum terigu menyedot 40% biaya produksi Sari Roti.
Ambil satu contohnya, harga roti tawar manis Sari Roti yang sebelumnya Rp 6.900 per bungkus, mulai awal Oktober naik menjadi Rp 7.500 per bungkus.
Namun, kenaikan harga tersebut tidak semata-mata karena naiknya harga terigu. "Selain naiknya harga terigu, naiknya harga coklat dan gula juga mempengaruhi kenaikan harga," ujar Yusuf.
Yusuf memprediksi, harga tepung terigu akan terus menanjak sampai akhir tahun. Namun dia sudah siap untuk menyesuaikan diri dengan ikut menaikan harga produk. “Daya beli pasar kami kuat. Kalau memang harga harus naik, kami akan menaikan harga,” ujarnya.
Berbeda lagi reaksi Blenger Burger. Erik Kadarman pemilik bisnis tersebut bilang, dia belum menaikkan harga. Sebab, "Meski harga terigu naik, namun beberapa bahan baku burger lain malah turun," katanya memberi alasan.
Contohnya, harga selada turun dari Rp 18.000 per ikat menjadi Rp 8.000 per ikat. Begitu juga harga bumbu impor yang dia gunakan. Harga bumbu tersebut turun karena menguatnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News