kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -2.000   -0,11%
  • USD/IDR 16.208   -7,00   -0,04%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Prospek Industri Busana Muslim Indonesia Terbentur Serbuan Produk Impor


Senin, 18 Agustus 2025 / 16:03 WIB
Prospek Industri Busana Muslim Indonesia Terbentur Serbuan Produk Impor
ILUSTRASI. Potensi Industri Halal: Calon konsumen melihat busana muslim di Halal Park, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (28/7). KONTAN/Baihaki/28/7/2019. APSyFI menilai derasnya arus barang impor murah menjadi tantangan utama dalam pengembangan industri busana muslim nasional.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menilai derasnya arus barang impor murah menjadi tantangan utama dalam pengembangan industri busana muslim nasional.

Kondisi ini membuat produk lokal sulit bersaing, bahkan di pasar domestik sekalipun.

Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wirawasta, mengatakan potensi Indonesia untuk menjadi kiblat fashion muslim dunia sangat besar, namun hingga kini belum tergarap serius.

“Indonesia sebenarnya punya peluang besar, tapi bahkan untuk menguasai pasar domestik saja masih jauh, karena pasar masih dikuasai barang impor,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (15/8/2025).

Baca Juga: Industri TPT Belum Rasakan Kenaikan Indeks Manufaktur, Tunggu Efek Aturan Impor Baru

Redma menuturkan kapasitas produksi serat dan benang di dalam negeri sebenarnya sudah mencukupi. 

Kapasitas serat polyester dan rayon terpasang mencapai 1,6 juta ton per tahun, sementara kapasitas benang filamen dan pintal mencapai 2 juta ton per tahun.

Namun, hambatan justru muncul di industri mid-stream yang harus melakukan diversifikasi kain. 

Sektor ini sulit berkembang karena bersaing dengan impor murah, sehingga kemampuan untuk mengembangkan kain baru maupun promosi ke level global menjadi terbatas.

Menurut Redma, pemerintah perlu menghadirkan kebijakan yang menciptakan persaingan adil di pasar domestik. 

Dengan begitu, sektor mid-stream bisa lebih kuat dalam mendukung bahan baku industri busana muslim nasional.

“Kalau fairness competition tercipta, kita bukan hanya bisa kuasai pasar domestik, tapi juga berpeluang besar menjadi pemain utama fashion muslim dunia,” pungkasnya.

Baca Juga: Investasi Tumbuh, PHK Naik: Industri Tekstil Terancam Deindustrialisasi

Selanjutnya: Profit Taking, Harga Bitcoin Anjlok Setelah Cetak Rekor

Menarik Dibaca: 8 Daftar Rebusan Daun yang Efektif Menurunkan Kolesterol Tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×