Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah berharap program pengembangan pembangkit listrik 10.000 megawatt (MW) atau fast track program (FTP) tahap I diproyeksikan selesai tahun ini. Proyek ini molor dari rencana semula yang dipatok tuntas tahun 2012.
Memasuki tahun 2015, penyelesaian proyek FTP tahap I bakal dikebut. Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi dan Energi Terbarukan, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjelaskan, dari target kapasitas total 10.000 MW, pembangkit listrik yang sudah tuntas dan beroperasi memiliki kapasitas 7.401 MW.
Sisanya masih dalam tahap uji coba dan penyelesaian pembangunan. Rinciannya, 1.800 MW dalam proses pengujian, sementara pembangkit listrik yang masih dibangun berkapasitas 725 MW. "Kami berharap semuanya tuntas akhir tahun ini," tandas Nasri kepada KONTAN, Senin (5/1).
Kendala yang dihadapi proyek listrik 10.000 MW tahap I ini adalah waktu untuk ujicoba teknologi yang lebih lama dari yang direncanakan. Adapun untuk pembangkit yang saat ini masih berstatus konstruksi, pihak PLN berusaha mengebut proyeknya.
Nasri optimistis, penyelesaian proyek 10.000 MW bakal lancar. Memang ada beberapa kendala dihadapi sejumlah pelaksanaan proyek, termasuk kendala pembebasan lahan. Namun, dia mengklaim, berbagai kendala itu bisa segera dituntaskan.
Selain menggarap proyek 10.000 MW tahap I, PLN juga mengagendakan penambahan kapasitas pasokan listrik Ada dua skema yang dijalankannya. Pertama, PLN membangun sendiri pembangkit listrik dengan total kapasitas 14.300 MW dalam lima tahun ke depan.
Skema kedua adalah membeli listrik dari pembangkit listrik swasta atau independent power producer (IPP). Dari skema IPP, PLN berharap mendapatkan pasokan listrik sekitar 28.000 MW.
Tahun 2016, Nasri menyebutkan ada proyek pembangkit listrik swasta yang bakal selesai. Total kapasitasnya mencapai sekitar 3.500 MW.
Setahun berikutnya, ada pula proyek IPP yang akan rampung, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Patuha yang digarap PT Geo Dipa Energi, anak usaha PLN, di Pengalengan, Jawa Barat. Proyek senilai US$ 144 juta ini diharapkan meningkatkan kemampuan sistem jaringan transmisi listrik utama Jawa–Madura–Bali atau Jamali.
Lebih baik di Luar Jawa
Nah, penuntasan proyek 10.000 MW tahap I memang sudah di depan. Namun tidak demikian dengan proyek listrik 10.000 MW tahap II. Nasri menyatakan, sampai saat ini belum satupun proyek pembangkit listrik FTP Tahap II yang kelar dibangun.
Komaidi Notonegoro, Deputi Direktur ReforMiner Institute, menilai, wajar proyek 10.000 MW molor dari jadwal semula. Sebab sejak awal proyek energi ini banyak yang bermasalah.
Salah satu contoh yang dikemukakan Komaidi adalah pemilihan Pulau Jawa sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Padahal, sumber energi ada di Sumatera dan Kalimantan. "Idealnya proyek 10.000 MW I itu dibangun di mulut tambang di Kalimantan atau di Sumatra Selatan, bukan di Jawa,” terang dia.
Berbagai proyek listrik tersebut setidaknya mendatangkan harapan bahwa suplai listrik di Tanah Air bakal terpenuhi semua, sehingga tiada lagi byar pet. Syaratnya, memang tuntas dibangun seluruhnya. Lagi pula, di luar proyek 10.000 MW tahap I dan tahap II, pemerintah menyiapkan megaproyek pembangkit listrik 35.000 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News