Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberikan isyarat, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 5 berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) senilai Rp 30 triliun kemungkinan tidak selesai tahun 2019. Padahal, proyek itu dijadwalkan masuk dalam program kelistrikan 35.000 megawatt (MW).
Proses lelang proyek PLTU Jawa 5 sempat dibatalkan pada Mei lalu. Padahal tinggal menyisakan dua peserta lelang, yakni PT Sumberdaya Segara Primadaya, PT Wijaya Karya Tbk, China Nuclear Engineering Group Corp Ltd dan China Oceanwide, Shanghai Electric, PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB).
Saat itu diprediksikan pemenangnya adalah China Nuclear-China Oceanwide-PJB. Sebab, konsorsium itu menyodorkan harga US$ 0,045 per kwh atau lebih murah US$ 0,01 per kwh daripada konsorsium Sumberdaya Segara. Alasan PLN membatalkan lelang itu karena PT PJB yang saat itu sebagai peserta lelang tidak meminta izin dahulu kepada direksi PLN. Padahal rencana bisnis itu harus disampaikan ke direksi sebelum diputuskan.
Setelah dibatalkan, PLN berencana memberikan proyek itu kepada PT Indonesia Power, anak usahanya sendiri. Namun tiba-tiba keputusan itu berubah kembali.
Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso menyatakan, apabila PLTU Jawa 5 tidak masuk program 35.000 MW, PLN memperkirakan pasokan listrik pada tahun 2019 akan tercukupi. "Dulu masuk 35.000 MW, jadi seharusnya masuk tahun 2019. Tapi demand tergantung pertumbuhan ekonomi. Rasa-rasanya kalau tidak masuk 35.000 MW cukuplah," ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Kamis malam, (3/11).
Dia mengungkapkan bahwa PLTU Jawa 5 berkapasitas 2×1.000 MW dibuat dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 7%. Dari itu penyediaan tenaga listrik dibuat untuk mencukupi kebutuhan tergantung permintaan.
Iwan memang tidak menjelaskan secara gamblang bahwa PLTU Jawa 5 ini keluar dari program 35.000 MW. Namun yang jelas, "Kecil kemungkinan (selesai tahun 2019)," ucapnya.
Kepala Biro Komunikasi Pelayanan Informasi Publik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sujatmiko menyatakan, PLTU Jawa 5 yang rencananya menggunakan teknologi ultra supercritical dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di sistem kelistrikan Jawa-Bali.
"Sampai saat ini, belum ada penyampaian secara resmi oleh PLN kepada Kementerian ESDM terkait kelangsungan proyek ini," terang Sujatmiko kepada KONTAN, Jumat (4/11).
Sujatmiko menyatakan, PLN tengah mengkaji kembali pertumbuhan listrik Indonesia. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil daripada prediksi semula.
Nah, semua perubahan perencanaan kelistrikan PLN tersebut dituangkan di revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). "Nanti yang disertai penjelasan kondisi atau situasi yang melatarbelakangi perubahan tersebut," ujar Sujatmiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News