kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek PP Presisi banyak yang tertunda, kenapa?


Kamis, 21 November 2019 / 14:19 WIB
Proyek PP Presisi banyak yang tertunda, kenapa?
Paparan publik PP Presisi


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Emiten pelat merah PT PP Presisi Tbk (PPRE) mengakui belum bisa memaksimalkan serapan belanja modal atau capital expenditure (Capex) di tahun ini. Buktinya saja, dari Rp 1 triliun yang direncakan tahun ini, rencananya cuma Rp 700 miliar atau 70% yang bisa terserap.

Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso menjelaskan tahun ini PP Presisi hanya bisa mencapai penyerapan belanja modal Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar saja.

Baca Juga: PTPP telah mengantongi kontrak baru Rp 32,4 triliun hingga September

"Adapun sampai dengan Oktober 2019, Presisi baru menyerap capex Rp 580 miliar," ungkapnya dalam paparan public di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (21/11).

Benny menjelaskan sebagian besar capex 2019 dialokasikan untuk belanja alat berat. Namun, belanja tersebut mengikuti kebutuhan dari jumlah proyek yang berjalan. Sedangkan saat ini banyak pelaksanaan proyek yang tertunda. Jadi, menurutnya tidak mungkin investasi alat berat tapi tidak ada proyeknya.

Katanya, kalau serapan capex terlalu banyak tapi tidak diikuti proyek akan menjadi beban penyusutan di mana bisa jadi boomerang untuk perusahaan.

Adapun di tahun depan Benny mengungkapkan PP Presisi masih memasang belanja modal sama dengan tahun ini, yakni sebesar Rp 1 triliun. Benny bilang, PP Presisi masih punya kapasitas alat yang mencukupi.

Baca Juga: PP Presisi (PPRE) optimis mengantongi pendapatan Rp 4,9 triliun hingga akhir tahun

Dalam rangka memenuhi penyerapan capex tahun depan, Benny menjelaskan masih menggunakan rasio proyek eksternal sebanyak 70% dan 30% proyek internal. Belanja modal masih diperoleh dari pinjaman ke bank.

Adapun di tahun depan, Benny memproyeksikan kontrak baru bisa tumbuh 20% sampai dengan 30% dibandingkan dengan target yang dipasang tahun ini yakni Rp 5,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×