kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramai-ramai perusahaan farmasi menjual obat virus corona (Covid-19)


Selasa, 06 Oktober 2020 / 10:58 WIB
Ramai-ramai perusahaan farmasi menjual obat virus corona (Covid-19)
ILUSTRASI. Desrem, Remdesivir produksi Mylan yang dipasarkan Indofarma.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan farmasi dalam negeri baik itu milik pemerintah maupun swasta berbondong-bondong menjual obat Covid-19.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) bersama PT Amarox Global Pharma (Amarox) melakukan perjanjian pemasaran dan distribusi obat Covifor (Remdesivir).

Sebagai informasi, Emergency Use Authorization (EUA) produk Covifor (Remdesivir) adalah untuk pengobatan pasien penyakit Covid-19 yang telah terkonfirmasi di laboratorium terutama untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke atas dengan berat badan minimal 40 kg) yang dirawat di rumah sakit.

Jadi produk Covifor tidak dijual bebas, hanya digunakan di rumah sakit dengan rekomendasi dan pengawasan dokter.

Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan kerjasama pemasaran dan distribusi bersama Amarox selama satu tahun dengan perpanjangan otomatis. Adapun kerjasama ini juga melibatkan PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) sebagai perusahaan logistik milik Kalbe Farma.

Baca Juga: Indofarma (INAF) jual obat Remdesivir Rp 1,3 juta per vial

"Adapun distribusinya akan diprioritaskan ke Rumah Sakit di Indonesia melalui seluruh cabang Enseval," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).

Obat Cofivor ini sudah dipasarkan pada 1 Oktober 2020 lalu. Untuk harganya, awalnya Kalbe Farma mematok  Rp 3 juta per vial, namun KLBF menurunkan harganya menjadi Rp 1,5 juta per vial karena ada masukan dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan pasien. Di sisi lain, juga karena kebutuhan obat ini yang besar.

Vidjongtius mengatakan kontribusinya ke KLBF belum besar karena produknya baru dan masih di tahap awal.

Kemudian dua anggota holding BUMN Farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) juga sudah mampu memproduksi dan memasarkan produk Covid-19.

Sebelumnya Indofarma sudah memasarkan obat untuk membantu penyembuhan Covid-19 yakni Oseltamivir 75gr Caps. Obat ini sudah memiliki sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) senilai 40.06% ini. Oseltamivir  telah diproduksi sendiri oleh INAF dengan kapasitas produksi sebesar 4,9 juta kapsul per-bulan.

Baca Juga: 5 Hal yang harus dilakukan saat orang terdekat terinfeksi Covid-19

Kemudian, INAF menambah portofolio produk obat Covid-19 yaitu Remdesivir dengan nama dagang Desrem™.  Remdesivir Inj 100 mg ini merupakan produk antiviral hasil produksi Mylan Laboratories Ltd atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City dan United States of America.

Direktur Keuangan Indofarma, Herry Triyatno menjelaskan obat Remdesivir ini diimpor dari Mylan yakni perusahaan USA yang memproduksinya di India.

"Remdesivir dengan nama dagang Desrem™ ini sudah kami pasarkan. Minggu ini sudah tersedia 20.000 vial. Adapun untuk ketersediaan stock untuk bulan ini, sudah ada sebanyak +/- 400.000 vial," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).

Herry mengatakan harga obat Desrem™ Remdesivir Inj 100mg ini lebih terjangkau yakni Rp 1,3 juta/vial.

Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto memaparkan Desrem™ Remdesivir Inj 100mg telah mendapatkan persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) di Indonesia dan telah disetujui oleh BPOM melalui penerbitan Nomor Izin Edar yang sudah diterbitkan pada tanggal 30 September 2020.

"Obat ini digunakan pada pasien rawat inap Covid-19 dalam kondisi sedang-berat," jelasnya.

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) dan Indofarma (INAF) memproduksi serta memasok obat Covid-19

Mengenai kontribusinya ke pendapatan, Herry belum bisa memerinci seberapa besar kontribusi penjualan obat Covid-19 ke pendapatan INAF hingga akhir tahun nanti, katanya untuk angka masih dinamis. Namun yang pasti, Herry mengatakan komposisi segmen Pharma akan lebih besar dibandingkan segmen lainnya.

Kemudian, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) juga sudah memproduksi obat untuk  untuk terapi Covid–19, yaitu Chloroquine, Hydroxychloroquine, Azithromycin, dan Favipiravir.

Direktur Utama Kimia Farma, Verdi Budidarmo mengatakan untuk jenis obat Favipiravir yang dapat dipergunakan untuk terapi Covid–19, sudah dapat diproduksi sendiri oleh Kimia Farma dan merupakan produk pertama di Indonesia yang dikembangkan sendiri oleh Badan Usaha Milik Negera (BUMN).

"Favipiravir hasil produksi dari Kimia Farma telah mendapatkan Nomor Ijin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta akan didistribusikan ke seluruh layanan kesehatan sesuai dengan regulasi Pemerintah," jelasnya.

Adapun Kimia Farma bersama dengan anak usahanya, PT Phapros Tbk (PEHA)  telah memproduksi beberapa obat untuk penanganan Covid-19 antara lain  Dexamethasone dan Methylprednisolon.

"Kami punya sediaan produk Dexamethasone dan Methylprednisolone baik tablet dan juga injeksi. Untuk Dexamethasone dan Methylprednisolone harganya Rp 100-300 / tablet," jelas Sekretaris Perusahaan PEHA, Zahmila Akbar.

Zahmila mengatakan saat ini produk Dexamethasone dan Methylprednisolone sudah didistribusikan ke banyak Rumah Sakit swasta, Rumah sakit pemerintah dan klinik di 34 provinsi di Indonesia. Mengenai permintaannya, Zahmila mengungkapkan sejauh ini produk tersebut permintaannya positif dan tumbuh.

Baca Juga: Hasil tes Joe Biden kembali negatif untuk Covid-19

"Kami berharap akan memberikan kontribusi yang signifikan di 2020," kata Zahmila.

Zahmila mengungkapkan saat ini stock on hand kedua obat tersebut sangat mencukupi, begitupun prognosa stock di Oktober-Desember 2020 masih  mencukupi untuk kebutuhan masyarakat.

Selanjutnya: Obat Covid-19 Kalbe Farma turun harga, ini alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×