Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga September 2019, realisasi kontrak perusahaan konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih jauh dari target. PT Adhi Karya (ADHI) Tbk misalnya tahun ini menargetkan perolehan kontrak baru Rp 30 triliun namun sampai September 2019 baru terealisasi Rp 7,6 triliun.
Kemudian PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sampai periode yang sama baru terealisasi Rp 41,69% dari target Rp 61,74 triliun. Begitu pula PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang baru mengantongi kontrak Rp 15 triliun dari target Rp 35 triliun sampai Rp 4 triliun.
Sekretaris Perusahaan Waskita Shastia Hadiarti mengatakan walaupun perolehan masih jauh dari target, namun pihaknya masih berupaya mengejar target tahun ini. “Kami masih menunggu hasil dari proses tender yang dilakukan, kami masih targetkan Rp 35 triliun sampai Rp 40 triliun,” katanya saat dihubungi Kontan.co.id pada Senin (21/10).
Baca Juga: Periode II Jokowi, BEI berharap semakin banyak BUMN yang masuk bursa
Sekedar tahu, target kontrak baru Waskita sudah melalui penyesuaian dari target awal Rp 55 triliun. Kata Shastia, saat ini Waskita sedang mengikuti tender proyek di Kalimantan dan di luar negeri.
Dalam catatan Kontan.co.id, Waskita menyebutkan beberapa proyek bisa mendorong perusahaan untuk mencapai target kontrak baru. Antara lain pembangunan jalan tol 20%, pekerjaan sipil lain 21%, precast 17%, gedung 15%, LRT dan jalur kereta api 13%, energi dan transmisi 4%, bendungan 4% dan irigasi 1%.
Seperti Waskita, WIKA juga masih berupaya mengejar target di tahun 2019 ini dengan mengikuti berbagai peluang lelang proyek di luar negeri. Sebut saja proyek perumahan rakyat di Aljazair senilai Rp 500 miliar dan proyek terminal kargo di Zanzibar sebesar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun.
Baca Juga: Margin Bunga Bank BRI Gede, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham BBRI
Baru-baru ini, WIKA juga sedang membidik kontrak pembangunan bandar udara (bandara) di Taiwan senilai US$ 700 juta atau sekitar Rp 9,87 triliun.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya juga masih optimis tahun ini bisa mencatat kontrak sesuai dengan target atau Rp 61,74 triliun, walaupun waktu yang tersisa untuk mengejar target raihan kontrak tinggal tiga bulan lagi.
“Ada beberapa proyek yang diproyeksikan memiliki potensi yakni jalan tol, pembangkit listrik, termasuk proyek industrial plant dan luar negeri,” katanya.
Menurut Mahendra melambatnya industri konstruksi di tahun ini dipengaruhi oleh adanya pemilihan umum di awal tahun 2019. Wijaya Karya meyakini aneka proyek swasta, pemerintah, maupun BUMN lain bakal marak pada kuartal IV 2019.
Baca Juga: Rhenald Kasali: CEO harus bisa bedakan resesi dengan disrupsi
Sementara Adhi Karya baru mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp 7,6 triliun. Realisasi tersebut masih jauh bila dibandingkan target yang ingin dicapai oleh ADHI. Tahun ini, ADHI menargetkan perolehan kontrak baru mencapai Rp 30 triliun. Artinya realisasi hingga September 2019 baru 25,33% dari target.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Sekretaris Perusahaan ADHI Parwanto Noegroho merinci realisasi perolehan kontrak baru di bulan September 2019 didominasi oleh Gedung Kampus Institut Teknologi dan Kesehatan Jakarta sebesar Rp 136 miliar dan Gedung Apartemen Grand Central Bogor Rp 250 miliar.
Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada September 2019, meliputi lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 81,7%, properti sebesar 17,9% dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.
Baca Juga: Ini Kata Pengamat dan Analis Soal Divestasi Saham INCO
Sedangkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung sebesar 73,8%, jalan dan jembatan sebesar 3,9%, serta proyek Infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalan kereta api, dan proyek-proyek EPC sebesar 22,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News