Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan Indonesia bisa mencapai swasembada garam pada 2027. Rencananya, pemerintah berencana menghentikan impor garam mulai tahun depan.
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M Rizal Taufikurahman mencermati, rencana penghentian impor garam berisiko mengganggu stabilitas industri jika pasokan domestik belum siap.
"Saat ini kebutuhan garam nasional mencapai 5 juta ton per tahun, dengan 60% diserap industri makanan-minuman, kimia, dan petrokimia. Sementara, 50% lebih masih bergantung pada impor," ujarnya kepada Kontan, Minggu (16/11/2025).
Oleh karena itu, Rizal menilai jika kebijakan dilakukan tanpa kesiapan kapasitas dan kualitas, biaya produksi industri akan meningkat. Belum lagi, risiko terganggunya rantai pasok dan munculnya tekanan inflasi dari sisi pasokan.
Rizal melihat, risiko utama terhadap penghentian impor adalah rendahnya kemurnian garam domestik.
"Yang mana, rata-rata masih di bawah 90%, padahal industri membutuhkan (kemurnian) di atas 97% dan farmasi di 99,5%," jelasnya.
Baca Juga: Inaplas Ungkap Nasib Industri Kimia Jika Pemerintah Setop Impor Garam pada 2027
Menurut Rizal, fasilitas seperti refinery memang mulai berkembang, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan industri besar secara stabil.
Dus, tanpa investasi dan peningkatan kualitas, kebijakan ini dapat menimbulkan kelangkaan, kenaikan harga, serta risiko mutu produk.
"Terutama, di sektor farmasi yang menuntut standar tinggi," katanya.
Mempertimbangkan tantangan tersebut, Rizal memandang, pemerintah perlu menerapkan transisi yang bertahap dan berbasis segmentasi. Misalnya, garam konsumsi bisa segera disubstitusi, sedangkan industri kimia dan farmasi memerlukan masa adaptasi lebih lama.
"Harus disiapkan juga investasi refinery modern, off-take agreement antara industri dan petani, serta pintu darurat impor terbatas untuk sektor strategis," sarannya.
Baca Juga: Industri Farmasi Wanti-Wanti Dampak Setop Impor Garam
Selain itu, persediaan tambahan (buffer stock) dan logistik digital juga dapat membangun sistem niaga yang transparan.
Lebih lanjut, Rizal menuturkan, penguatan garam nasional harus dimulai dari modernisasi tambak rakyat. Ini bisa dilakukan dengan teknologi geomembrane dan kristalisasi terkontrol untuk meningkatkan kadar NaCl.
"Dengan langkah terintegrasi ini, kemandirian garam nasional dapat tercapai tanpa mengganggu stabilitas industri manufaktur," tandasnya.
Selanjutnya: Dividen dari Multi Bintang (MLBI) Rp 190, Segini Potensi Yield Investor
Menarik Dibaca: Dividen dari Multi Bintang (MLBI) Rp 190, Segini Potensi Yield Investor
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













