Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pasar tradisional semakin terdesak oleh pasar modern. Untuk revitalisasi-pun biayanya tidaklah sedikit. Salah satu perusahaan pengembang pasar tradisional, Itqoni Group menghitung, diperlukan investasi Rp 52 triliun per tahun untuk mempertahankan keberadaan pasar tradisional.
Kondisi saat ini, pasar tradisional susut 8,1% per tahun, sementara pasar modern tumbuh 31,4% per tahun. "Artinya, dalam rentang waktu 12,34 tahun nanti, pasar tradisional akan musnah kalau tidak ada revitalisasi," terang Irwan Khalis, Chief Executive Officer (CEO) Itqoni Group di Jakarta, Senin (23/4).
Saat ini, ada 13.000 pasar tradisional yang mempekerjakan 12 juta pedagang. Kalau dibagi rata, setiap tahun ada 1.053 pasar tradisional yang harus diselamatkan, masing-masing menghabiskan biaya Rp 50 miliar. Sehingga, seluruh biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 52 triliun per tahun.
Dengan anggaran pemerintah kurang dari Rp 500 miliar per tahun, maka akan banyak pasar yang harus direvitalisasi swasta. Ada empat bentuk kerja sama berupa public private partnership (PPP) yang bisa diterapkan swasta dalam revitalisasi pasar tradisional.
Keempat model kerja sama itu adalah: build-operate-transfer (BOT), build-transfer (BT), build-transfer-operate (BTO), dan kerja sama operasi (KSO).
Itqoni Group saat ini sudah menyelesaikan sembilan proyek revitalisasi pasar tradisional di Rangkas Bitung, Johar Baru, Cikampek, Karawang, Batu, Salatiga, Malang, Bandung Barat, dan Surabaya. Saat ini, Itqoni masih berniat merevitalisasi dua pasar tradisional lagi, yakni di Surabaya dan Sidoarjo.
"Paling cepat mulai pembangunan fisik enam bulan lagi, atau bulan Januari tahun depan," ujar Irwan. Dia menjelaskan, dalam merevitalisasi pasar, kesulitannya adalah berkomunikasi dengan pedagang.
Sementara itu, estimasi investasi untuk revitalisasi pasar tradisional di Surabaya dan Sidoarjo masing-masing sebesar Rp 220 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News