kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rhenald Khasali: Nilai Go-Jek tak sekadar kontribusi untuk perekonomian


Kamis, 05 April 2018 / 13:35 WIB
Rhenald Khasali: Nilai Go-Jek tak sekadar kontribusi untuk perekonomian
ILUSTRASI. Go-jek


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukan bahwa Go-Jek berkontribusi sebesar Rp 9,9 triliun pada perekonomian Indonesia setiap tahun.

Guru Besar Ekonomi UI Rhenald Kasali menilai, angka tersebut tidak salah, tapi kurang jumbo. "Menurut saya, angkanya bisa lebih besar dari itu,” ujar Rhenald dalam keterangan resmi, Kamis (5/4).

Sebab, ada satu hal yang dilewati riset tersebut. Riset itu tak melihat Go-Jek sebagai platform yang lintas industri yang tidak hanya fokus pada satu produk meski pada datanya riset itu juga menarik karena memberikan gambaran mengenai betapa besar value creation.

Rhenald juga menambahkan bahwa hal lain yang belum diperlihatkan melalui riset tersebut adalah nilai efisiensi yang diciptakan oleh Go-Jek. Efisiensi ini antara lain diciptakan dari waktu tempuh yang dipersingkat melalui layanan Go-Jek.

Rhenald juga berpendapat bahwa Go-Jek bahkan membantu mengatasi masalah kemacetan dan polusi. “Mereka bisa mengurangi itu karena orang tidak harus pergi sendiri ke tempatnya dan tidak harus menambah kendaraan,” imbuhnya.

Selain nilai efisiensi, Go-Jek juga dinilai memberikan dampak bagi sumber daya manusia. Menurut pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono, data yang menunjukkan bahwa rata-rata penghasilan pengemudi mencapai Rp 3,3 juta atau melampaui Rp 2,8 juta yang merupakan rata-rata UMK di beberapa daerah.

“Inilah hasil terpenting, menurut saya, bahwa bekerja sebagai pengemudi Go-Jek ternyata feasible karena di atas UMR. Ini bisa menjadi alternatif pekerjaan dibandingkan pekerjaan lain, terutama di sektor informal,” jelas Tony.

Belum lagi soal kreativitas dalam industri kuliner. Rhenald bilang, melalui armada Go-Food, Go-Jek mendorong kreatifitas dan pemasukan di dunia kuliner.

“Sekarang, tukang martabak pun punya armada pengiriman barang dan harganya naik kelas. Dulu kita hanya beli martabak yang Rp 10.000, sekarang kita bisa beli martabak yang Rp 80.000. Kreativitas di dunia kuliner muncul dengan adanya armada-armada Go-Food seperti ini," tutur Rhenald.

Oleh sebab itu, untuk menanggapi masa depan ekonomi digital, ke depan masyarakat harus paham mengenai cara bekerja ekonomi digital yang sebenarnya. Persoalannya adalah, banyak orang Indonesia yang belum paham perbedaan bahwa dalam transformasi digital yang diciptakan pemain-pemain baru ini bukanlah produk tapi platform yang bersifat lintas produk, lintas industri, dan lintas kehidupan.

Dampak keberadaan Go-Jek bukan hanya pada perekonomian produk tapi pada perekonomian platform, pereknomian kehidupan karena di dalamnya itu ada masalah pembayaran. "Ada masalah hubungan antarmanusia, dan ada masalah kecepatan yang dipecahkan,“ pungkas Rhenald.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×