Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Oleh karenanya, untuk mengatasi hal tersebut Pertamina tengah fokus melakukan modifikasi kilang eksisting atau Refinery Development Master Plan (RDMP) 4 kilangnya dan juga melakukan pembangunan 2 kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR). Dengan proyek-proyek strategis tersebut, kilang-kilang nantinya mampu mengolah minyak mentah dengan jenis yang lebih variatif.
"Yang ujung-ujungnya akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi," katanya.
Apabila biaya pokok produksi dapat ditekan, Nicke meyakini hal itu akan langsung berpengaruh ke harga BBM. "Nantinya kita harapkan harga BBM akan semakin kompetitif, akan semakin affordable bagi masyarakat Indonesia," ucap dia.
Baca Juga: Akhir Oktober, Pertamina bakal jual Pertalite seharga Premium di Palembang
PT Pertamina (Persero) berencana menghapus bahan bakar minyak (BBMN) dengan nilai oktan (Research Octane Number/RON) 91 ke bawah, yakni RON 88 (Premium) dan RON 90 (Pertalite). Namun, Pertamina dinilai perlu menyelesaikan proyek-proyek kilang minyaknya terlebih dahulu sebelum melaksanakan rencana tersebut ketimbang terus menerus menggantungkan impor BBM.
Rencana yang diusung guna melaksanakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penetapan Bahan Bakar Standar Euro 4 itu disebut berpotensi memberatkan neraca impor minyak nasional.
(Sumber: KOMPAS.com/Rully R Ramli | Editor: Erlangga Djumena)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa RI Begitu Bergantung Impor BBM dari Negara Semungil Singapura?"
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Muhammad Idris
Selanjutnya: Cara mudah daftar jadi mitra Pertashop Pertamina
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News