kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RI sangat bergantung impor BBM dari negara semungil Singapura, mengapa begitu?


Rabu, 14 Oktober 2020 / 13:37 WIB
RI sangat bergantung impor BBM dari negara semungil Singapura, mengapa begitu?
ILUSTRASI. Letak Singapura yang strategis dan kemudahan berinvestasi dan perizinan juga jadi alasan banyak perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak miliknya di negara tersebut. REUTERS/Edgar Su


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Singapura sendiri meski sama sekali tak memiliki ladang minyak, selama puluhan tahun menjadi salah satu produsen minyak terbesar dunia karena memiliki banyak kilang minyak. Stok cadangan BBM yang dimiliki juga terbilang sangat besar.    

Letak Singapura yang strategis dan kemudahan berinvestasi dan perizinan juga jadi alasan banyak perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak miliknya di negara tersebut. 

Baca Juga: Pertamina kembangkan PLTBg di KEK Sei Mangkei

Mengutip data yang dirilis lembaga informasi energi milik pemerintah Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (IEA), kapasitas kilang minyak di Singapura mencapai 1,4 juta barel per hari. Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura mampu mengolah minyak bumi yang diimpor dari Asia Tenggara dan Timur Tengah. 

Bandingkan dengan Indonesia yang populasi penduduknya sekitar 260 juta dengan konsumsi BBM 1,4 juta barel per hari, kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina hanya sekitar 1,1 juta barel per hari. Ini pula yang menyebabkan impor minyak sangat membebani neraca perdagangan Indonesia. 

Baca Juga: Pertamina menghadirkan Pertamax Turbo di Bangka Belitung

Singapura juga tercatat sebagai negara pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia. Sebagian besar ekpsor minyak tersebut dikirim ke Indonesia, Malaysia, dan China. 

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, saat rapat dengan Komisi VII DPR, memaparkan kondisi kilang di Indonesia sudah sangat terbatas. 

"Kondisi hari ini, jenis crude (minyak mentah) yang bisa diolah di kilang kita sangat-sangat terbatas jumlahnya," ujar Nicke. 

Lebih lanjut, Nicke menyebutkan, hal tersebut mengakibatkan perseroan perlu mengeluarkan biaya pokok produksi yang lebih tinggi. "Ini karena masalah supply demand yang kurang seimbang," kata dia. 




TERBARU

[X]
×