Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski rupiah melemah, sejumlah emiten migas mengaku menyiapkan langkah antisipatif dan tetap berfokus pada target bisnis tahun ini. Asal tahu saja, rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini. Kamis (5/3) rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.175 per dolar AS, melemah 0,44% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 14.113 per dolar AS.
Baca Juga: Pemerintah berupaya tekan harga gas untuk kelistrikan hingga US$ 6 per mmbtu
Head of Corporate Communications PT Elnusa Tbk Wahyu Irfan bilang dalam kurun tiga tahun terakhir sejatinya nilai tukar telah berada pada kisaran Rp 13.000 hingga Rp 14.000-an per dollar AS. Pelemahan yang terjadi belakangan, menurutnya bukan sesuatu yang baru.
Ia memastikan, emiten berkode saham ELSA ini memiliki pengalaman serupa dan sejumlah strategi dalam mengatasi kondisi kali ini. "Dalam laporan keuangan tahunan ELSA di tahun 2018 nilai tukar yang digunakan pun telah di atas Rp14.000. Jadi pada dasarnya kondisi Rupiah pada level Rp14.000, bukan suatu hal yang baru," terang Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (5/3).
Kendati demikian,ia menjelaskan perbedaan yang dialami lebih dipengaruhi oleh peningkatan jumlah utang pada tahun 2019. Pada tahun 2019 jumlah utang mencapai Rp 1 triliun sementara pada tahun 2018 jumlah utang tercatat sebesar Rp 900 miliar. "Namun rasio utang ELSA relatif kecil," ungkap Wahyu.
Selain itu, ia memastikan ELSA melakukan siasat terhadap utang dollar AS dengan mencari lender dengan rate yang kompetitif serta membayar utang dollar dengan pendapatan dollar pula. Ia melanjutkan, kondisi saat ini masih belum berdampak pada prospek bisnis perusahaan dan semuanya masih berjalan sesuai perencanaan.
Baca Juga: Penyesuaian tarif listrik ditunda, Cahayaputra Asa Keramik fokus efisiensi produksi
Senada, manajemen PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) memastikan telah menyiapkan langkah antisipatif. General Manager Corporate Finance Apexindo Pretycia Darma bilang perhitungan dalam kontrak perusahaan memang dalam kurs USD meskipun transaksi dan pembayaran menggunakan kurs IDR sesuai ketentuan yang berlaku.
"Untuk meminimalisir fluktuasi nilai tukar, Perseroan melakukan konversi IDR ke USD dalam hari yang sama sesuai kebutuhan," jelas Pretycia kepada Kontan.co.id, Kamis (5/3).
Pretycia melanjutkan, saat ini pokok pinjaman bank sekitar US$ 130 juta dan pokok utang pembiayaan sewa sekitar US$ 170 juta.
Dalam catatan Kontan.co.id, APEX memastikan akan berfokus pada utilisasi rig yang dimiliki termasuk pencarian kontrak untuk rig yang akan habis masa kontraknya di tahun ini.
Baca Juga: Pemerintah tunda diskon tarif listrik, begini tanggapan Pan Brothers (PBRX)
"Kebetulan rig yang akan habis di 2020 adalah tipe rig yang cocok untuk di daerah rawa dan cocok untuk Blok Mahakam. Saat ini beberapa rig masih bekerja disana dan kita berharap ada kontrak berkelanjutan disana," jelas Pretycia ditemui di kantornya, Jumat (21/2)
Pretycia melanjutkan pihaknya menyiapkan alokasi belanja modal khusus untuk pemeliharaan dan perawatan peralatan. Kendati demikian ia masih belum mau mengemukakan alokasi belanja modal secara keseluruhan yang disiapkan oleh APEX pada tahun ini.
Kontan.co.id mencatat, khusus untuk perawatan rig, perusahaan menyiapkan belanja modal sebesar US$ 4 juta.
Baca Juga: Antisipasi virus corona, Bukit Asam (PTBA) lakukan tindakan preventif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News