Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memiliki dampak terhadap kinerja emiten pertambangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang merupakan anggota holding industri pertambangan BUMN, MIND ID.
Mengutip Bloomberg, Kamis (16/1), Rupiah spot ditutup melemah 0,31% secara harian ke level Rp 16.376 per dolar AS. Sedangkan, Rupiah Jisdor BI ditutup melemah 0,41% secara harian ke level Rp 16.378 per dolar AS.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Niko Chandra mengungkapkan, pelemahan rupiah berpotensi memberikan dampak positif terhadap pendapatan perusahaan.
Baca Juga: Pasar Bergejolak, Saham Berdividen Tinggi Bisa Jadi Pilihan Investor
“Kami senantiasa berusaha untuk cepat tanggap dan adaptif dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal, termasuk fluktuasi nilai tukar rupiah. Dengan adanya penjualan ekspor, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dapat berdampak positif pada pendapatan PTBA,” kata Niko kepada Kontan, Kamis (16/1).
Niko menuturkan, sebagian penjualan batubara PTBA ditujukan untuk pasar ekspor, di samping tetap menjaga pasokan untuk kebutuhan domestik.
Menurut Niko, perusahaan terus memanfaatkan peluang ekspor secara terukur untuk mencapai target kinerja yang lebih baik pada tahun ini.
“Kami memaksimalkan peluang ekspor tanpa mengabaikan kebutuhan dalam negeri. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan kinerja perusahaan yang positif dan berkelanjutan,” ujar Niko.
Lebih lanjut, kinerja PTBA yang mengandalkan pasar domestik dan ekspor menunjukkan potensi peningkatan di tengah pelemahan rupiah.
Dengan pembayaran hasil ekspor dalam dolar AS, pelemahan nilai tukar rupiah memungkinkan PTBA mendapatkan tambahan keuntungan.
Meski demikian, Niko bilang PTBA tetap mengedepankan strategi penjualan terukur demi menjaga keberlanjutan operasi dan memenuhi komitmen domestik.
Diberitakan Kontan sebelumnya, PTBA) optimistis ekspor batubara ke negara Asean akan melonjak pada 2025.
Niko mengungkapkan, PTBA telah sukses mencatatkan penjualan batubara sebesar 31,28 juta ton hingga triwulan III 2024, tumbuh 16% secara tahunan (year on year).
Pencapaian ini ditopang oleh keberhasilan memaksimalkan peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, di antaranya negara-negara Asia Tenggara.
Baca Juga: Permintaan Naik, Produksi Batubara Makin Digenjot Tahun Ini
"Misalnya ekspor ke Thailand yang mencapai 1,31 juta ton per triwulan III 2024 alias tumbuh 363% secara tahunan. Sebagai pembanding, penjualan para periode yang sama tahun lalu sebesar 360 ribu ton," kata Niko kepada Kontan, Kamis (26/12).
Lebih lanjut, penjualan ke Vietnam juga naik signifikan menjadi 2,01 juta ton per triwulan III 2024, melesat 346% secara tahunan. Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan ke Vietnam sebesar 580.000 ton.
Di sisi lain, laporan terbaru IEA (International Energy Agency) memberikan indikasi positif bahwa batubara tetap menjadi komponen penting dalam bauran energi global setidaknya hingga 2027.
"Kebutuhan energi global, terutama dari sektor pembangkit listrik di negara-negara berkembang (khususnya Asia Tenggara dan Asia Selatan), masih tinggi," ujar Niko.
Untuk itu, Niko bilang PTBA akan memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru.
Selanjutnya: Lakukan Divestasi Rumah Sakit, First REIT Gerus Eksposur Bisnisnya di Indonesia
Menarik Dibaca: Sering Haus Salah Satu Tanda Diabetes, Begini Penjelasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News