kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah terkoreksi, ini strategi KAEF


Rabu, 21 Agustus 2013 / 07:20 WIB
Rupiah terkoreksi, ini strategi KAEF
ILUSTRASI. Manfaat Jalan Kaki Sesudah Sahur


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Amailia Putri

JAKARTA. Salah satu sektor yang terpukul akibat kurs rupiah yang melorot terhadap dollar AS adalah farmasi. Pasalnya, perusahaan farmasi masih mengimpor mayoritas bahan baku yang digunakan untuk obat-obatan yang diproduksi.

Misalnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma mengatakan, porsi impor bahan baku perusahaan mencapai 90% dari total kebutuhan. Oleh karena itu, merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bisa membuat biaya produksi membengkak. Buntutnya, perusahaan akan sulit mendongkrak kinerja, terutama laba bersih.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam itu diperdagangkan di level Rp 10.504 per dollar As. "(melemahnya rupiah) sangat terasa untuk jangka panjang, namun, untuk dua sampai tiga bulan ke depan belum akan terlihat karena stok masih ada," kata ujar Rusdi kepada KONTAN, Selasa (20/8).

Tahun 2013, impor bahan baku BUMN farmasi ini mencapai Rp 420 miliar atau sekitar 60% dari rata-rata omset produk perusahaan yang sebesar Rp 700 miliar. Jika rupiah melanjutkan pelemahan hingga ke level Rp 11.000, Rusdi mengaku kinerja perusahaan akan kian terpukul.

Agar target tercapai, KAEF telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi penurunan kurs ini. Pertama, perusahaan akan melakukan subsidi silang antara produk yang bermargin tebal dengan yang bermargin tipis. Kimia Farma akan menambah produksi untuk produk yang memiliki margin di atas 50%.

Kedua, menambah produk non-generik. Rusdi bilang, kini produk generik KAEF jumlahnya kurang dari 50% dari total produksi. Padahal, sebelumnya volume produksi obat generik jumlahnya sekitar 60% dari total produksi perusahaan.

Terakhir, KAEF membeli bahan baku impor tanpa perantara. "Dua bulan lalu kami telah mengirimkan tim ke China dan India untuk mencari perusahaan bahan baku obat," jelas Rusdi. Pembelian langsung ini dinilai bisa menghemat pengeluaran untuk pembelian bahan baku impor.

Namun, ia belum bisa mengatakan, seberapa banyak penghematan yang akan dihasilkan dari memutus rantai pembelian impor ini. Terkait rencana menaikkan harga jual, Rusdi mengaku belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

Pasalnya, pihaknya tidak bisa serta merta menaikkan harga jual. Perusahaan harus menyesuaikan dengan para pesaing. Rusdi memperkirakan, jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah, kinerja hanya akan terkoreksi sekitar 5%. Perusahaan menargetkan, bisa mengantongi penjualan hingga Rp 4,64 triliun tahun ini.

Saat ini, manajemen Kimia Farma masih menggunakan acuan nilai tukar rupiah di level Rp 9.000-Rp 9.5000 per dollar AS. Sepanjang semester I-2013, laba bersih KAEF turun 47,13% menjadi Rp 42,77 miliar. Hal ini akibat beban pokok penjualan yang meningkat 14,81% menjadi Rp 1,24 triliun. Sedangkan pendapatan tercatat Rp 1,74 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×