Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) menilai naiknya pajak ekspor pupuk yang direncanakan pemerintah Rusia tidak terlalu berdampak signifikan bagi Indonesia.
Ketua Umum AB2TI, Dwi Andreas Santosa meyakini pelaku ekspor pupuk subsidi Rusia akan tetap menjual pupuk sesuai harga internasional. Jika harga jual pupuk lebih tinggi dari produsen pupuk lain, maka konsumen pupuk akan beralih ke produsen yang harganya lebih rendah dari Rusia.
Dwi mengatakan, Rusia merupakan produsen pupuk unsur Kalium (K) dan Fosfor (P). Namun, Rusia bukan merupakan produsen tunggal. Masih ada negara lain yang juga memproduksi K dan P. Seperti Kanada, Tiongkok dan Mesir.
“Bagaimanapun akan seperti itu, mekanisme pasar akan terjadi. Kalau dia (Rusia) menaikkan sendiri, dia nggak laku, direbut oleh pasar yang lainnya,” ujar Dwi saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (13/11).
Baca Juga: Apkasindo Usul Ada Insentif Bagi Petani yang Sudah Kantongi ISPO
Dwi memprediksi harga pupuk dunia akan turun pada kuartal pertama tahun 2023. Dwi meyakini adanya siklus pergerakan harga. Yakni ketika suatu harga telah mencapai kenaikan yang lebih tinggi dari biasanya, maka setelah itu harga komoditas tersebut akan kembali normal.
Selain itu, ketika harga suatu komoditas tertentu dunia mengalami tren penurunan, maka akan diikuti oleh penurunan harga komoditas lainnya. Hal ini seiring dengan tren penurunan harga pada komoditas minyak bumi dan gas.
“Pengenaan tarif (pajak ekspor pupuk Rusia) itu kan kebijakan internal Rusia saja untuk meningkatkan pendapatan mereka,” ujar Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News