kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SDM industri otomotif siap adaptasi ke industry 4.0


Sabtu, 17 Agustus 2019 / 19:15 WIB
SDM industri otomotif siap adaptasi ke industry 4.0
ILUSTRASI. Perakitan mobil Honda


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada anggapan bila industry 4.0 diimplementasikan maka akan mengurangi tenaga kerja dalam proses produksi. Asumsi tersebut karena proses produksi yang dijalankan oleh manusia akan digantikan oleh robot.

Salah satu industri yang ditargetkan dapat cepat untuk adaptasi yakni industri otomotif. Hal ini karena tuntutan permintaan barang yang lebih cepat dan juga tuntutan agar barang cacat produksi (defect) tidak ada lagi. Selain itu industri otomotif merupakan salah satu sektor tuntutan pemerintah dalam program Making Industry 4.0.

Baca Juga: Pemerintah janjikan banyak insentif bagi pengembangan mobil listrik

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menjelaskan, pabrikan otomotif di Indonesia sudah mengadopsi teknologi robot atau otomatisasi. Beberapa bagian proses produksi bahkan sudah dilakukan oleh robot. Misalnya proses pengelasan (welding), painting, pemasangan bodi mobil, dan sebagainya.

Menurut Kukuh, merupakan persepsi salah bila masuk ke industri 4.0 maka ada pengurangan karyawan. Menurutnya karyawan yang ada justru akan bergeser pekerjaannya (Shifting) atau bahkan bisa ada penambahan jumlah karyawan. "Oleh karena itu perlu ada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar bisa lebih banyak mengontrol mesin atau robot itu," kata Kukuh, Kamis (15/8)

Kukuh menambahkan produksi di Indonesia dan rasio kepemilikan mobil masih kalah dibanding dengan negara seperti Thailand. Menurutnya produksi di Thailand dua kali lebih dari pasar domestic karena didukung dengan kebijakan industri yang tepat. Oleh karena itu perlu ada pengembangan SDM dalam negeri agar dapat menjalankan proses produksi secara efisien.

"Pendidikan vokasi di Industri terus harus dijalankan dan juga harus didukung oleh pemerintah," tambahnya.

Baca Juga: Mobilkamu membidik pertumbuhan bisnis 35% di akhir tahun ini

Pengamat otomotif, Agus Thajajana, memaparkan beberapa pabrikan otomotif Indonesia memang sudah memanfaatkan teknologi robot, seperti Daihatsu, Toyota, dan Honda. Tujuannya untuk menjamin kualitas pekerjaan yang sama. Mengingat produksi mobil bisa mencapai 500 unit mobil per hari.

Tetapi penerapan industri 4.0 dalam sektor otomotif tak lengkap bila tak ada dukungan dalam hal kebijakan. Apalagi saat ini pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) percepatan kendaraan listrik berbasis baterai.

"Perlu ada Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri (Permen) yang tak sektoral. Semua harus satu kesatuan demi kemajuan industri," kata Agus Thajajana yang juga menjadi Komisaris di PT Inalum (Persero), Kamis (17/8).

Baca Juga: Honda Brio laris manis sepanjang Juli

Agus menambahkan kedepan persaingan di industri otomotif Indonesia dan global adalah kendaraan listrik. Alhasil industri komponen turunannya pun akan jadi rebutan. Seperti misalnya teknologi baterai. "Saat ini baterai telah menelan 50% cost dari kendaraan listrik. Semua orang mau masuk kesana," tambahnya.

Saat ini belum ada pabrikan mobil yang memproduksi baterai. Dan produsen yang masuk ke industri baterai otomotif sangat terbatas. Hanya saja Indonesia punya peluang karena bahan baku baterai seperti nikel dan aluminium, telah dimiliki.

"Kerjasama joint venture (JV) bisa saja BUMN dan swasta. Karena investasi pembuatan baterai sangat mahal bisa capai triliunan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×