kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serangan Siber di Indonesia Terus Meningkat, Ahli Keamanan Siber Masih Minim


Jumat, 30 September 2022 / 14:41 WIB
Serangan Siber di Indonesia Terus Meningkat, Ahli Keamanan Siber Masih Minim
ILUSTRASI. Pencurian data. KONTAN/Muradi


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), tahun ini sudah lebih dari 700 juta serangan siber  terjadi di Indonesia pada tahun 2022. 

Sialnya, Indonesia mengalami kekurangan tenaga ahli keamanan siber. Survei SecLab BDO Indonesia terhadap talenta teknologi informasi di Indonesia terungkap, 9 dari 10 lulusan teknologi memilih menjadi developer perangkat lunak. Dan hanya 1 dari 10 yang berminat untuk mendalami keamanan siber.

Kekurangan tenaga ahli ini, dipadukan dengan wawasan masyarakat awam yang rendah mengenai keamanan siber pribadi, Walhasil, Indonesia menjadi sasaran empuk bagi para hacker yang berniat jahat. 

Individu bisa dirugikan karena kebocoran data. Contohnya data disalahgunakan ketika apply kredit atau tidak bisa mendaftar pelayanan publik karena data diindikasikan terkait penipuan. Bisnis dan lembaga pemerintahan juga dirugikan karena reputasi mereka tercoreng.

Baca Juga: Belasan Pejabat Senior Indonesia Diduga Jadi Target Software Mata-mata Israel

"Adanya insiden kebocoran data semacam ini juga merupakan ancaman terhadap keamanan nasional, karena data yang ada bisa disalahgunakan untuk melihat berbagai jenis profil penduduk, hingga lokasi, usia dan persebaran keluarga di daerah tertentu, yang akan berbahaya jika jatuh ke tangan pihak yang memiliki niat jahat,” jelas Harry Adinanta, Direktur Cyber Security  SecLab BDO Indonesia, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (30/9). 

Pemerintah Indonesia sudah melakukan perbaikan. Mmsalnya UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang baru saja disahkan, dan butuh waktu sampai negara bisa mencapai tingkat kematangan pertahanan siber.

Namun pesatnya perkembangan teknologi, membuat kejahatan siber lebih gencar dan cepat dibanding berbagai perbaikan. Salah satu akar masalahnya adalah ketersediaan tenaga ahli. Maka, BDO mengembangkan talenta di bidang keamanan siber dan juga berkolaborasi dengan banyak pihak,” tambahnya.

Baca Juga: Awas! Data Pribadi Bocor, Denda Bisa Bikin Boncos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×